"Sepanjang tahun 2024, KPI telah memproduksi 134 ribu barrel SF. Kami tentu berharap produk ini semakin dapat meningkat produksinya di masa depan seiring dengan semakin meningkatnya pemakaian SF di industri hulu migas," kata Hermansyah.

Keunggulan lain dari KPI, menurut Hermansyah, adalah pengelolaan kilang yang terintegrasi. Jika sebelumnya varian produk SF hanya diproduksi di kilang tertentu, kini produk tersebut dapat diproduksi di kilang lainnya sesuai kebutuhan.
"SF-05 mulai pertama kali diproduksi di Kilang Balikpapan pada tahun 2007, dan ini menjadi salah satu produk andalan KPI. Sekarang, Kilang Dumai pun telah mampu memproduksi produk sejenis," ungkapnya.
Ia menjelaskan bahwa Kilang Dumai sebelumnya telah memiliki produk SF02, yang memiliki karakteristik berbeda dengan SF-05. Jika SF-02 lebih unggul untuk pengeboran di laut, maka SF-05 lebih cocok untuk eksplorasi di darat karena memiliki impurities yang lebih rendah.
"Dengan adanya 2 unit yang mampu memproduksi SF-05 tentunya kepastian pasokan produk ini akan semakin terjamin di masa depan. Dan ini tentunya akan memberikan kepastian ketersediaan produk tersebut. Dengan kualitas produk SF-05, kami berkeyakinan KPI dapat menjadi salah satu rantai suplai yang penting dalam mendukung kegiatan hulu migas di Indonesia," tutur Hermansyah.
Sementara itu, Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso, menegaskan bahwa Pertamina berkomitmen mendukung penerapan TKDN guna mendorong pengembangan industri dalam negeri dan menjadi penggerak roda perekonomian nasional.
“Realisasi TKDN Pertamina merupakan salah satu yang terbesar dari total TKDN BUMN. Kami juga meyakini, produk dalam negeri memiliki kualitas yang tinggi dan berdaya saing. Dengan penggunaan TKDN ini, Pertamina berharap dapat mendorong pertumbuhan industri domestik dan membuka lapangan kerja, yang juga sesuai dengan target Asta Cita Pemerintah,” tutup Fadjar.
(tim)