Bloomberg Technoz, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah tajam pada penutupan perdagangan hari ini di Sesi II. Bahkan pelemahan IHSG yang sangat signifikan ini menjadi yang paling ambles di Asia.
Pada Jumat (21/3/2025), IHSG ditutup di posisi 6.258,1. Ambles 1,94% dan 123,49 poin dibandingkan hari sebelumnya.

Sedangkan indeks LQ45 juga jatuh 2,56% ke level 692,02.
Posisi terendah IHSG hari ini ada di 6.218,6 sedangkan tertinggi sempat tersentuh di 6.426,1. Volume perdagangan melibatkan 21,66 miliar saham. Dengan nilai perdagangan Rp21,69 triliun. Frekuensi yang terjadi mencapai 1,27 juta kali transaksi jual–beli.
Sebanyak 476 saham mengalami penurunan, dan ada 135 saham menguat. Sedangkan ada 187 saham tidak bergerak.
Saham-saham teknologi jadi yang terlemah hari ini jatuh sedalam 4,99%. Disusul oleh saham konsumen non primer yang drop 3,68% dan saham barang baku melemah 2,83%.
Di samping itu, saham-saham yang menguat dan menjadi top gainers di antaranya saham PT Perma Plasindo Tbk (BINO) yang melesat 34,3%, saham PT Aesler Grup Internasional Tbk (RONY) menguat 25%, dan saham PT Golden Flower Tbk (POLU) melejit 24,7%.
Kemudian saham-saham yang melemah dalam dan menjadi top losers di antaranya saham PT Fortune Indonesia Tbk (FORU) yang ambles 25% saham PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk (HITS) yang jatuh 23,8%, dan saham PT OBM Drilchem Tbk (OBMD) yang ambruk 22,1%.
Mencermati index regional, Bursa Saham Asia lainnya masih ada yang menguat. Index SENSEX (India), SETI (Thailand), TOPIX (Jepang), KOSPI (Korea Selatan), dan KLCI (Malaysia) yang berhasil menguat masing-masing 0,73%, 0,41%, 0,29%, 0,23%, dan 0,09%.
Di sisi berseberangan yang menutup perdagangan bersama IHSG, Index Hang Seng (Hong Kong), Shenzhen Comp. (China), CSI 300 (China), Shanghai Composite (China), PSEI (Filipina), Weighted Index (Taiwan), NIKKEI 225 (Tokyo), Ho Chi Minh Stock Exchange (Vietnam), dan Straits Time (Singapura), yang terpeleset masing-masing mencapai 2,19%, 1,81%, 1,52%, 1,29%, 0,89%, 0,75%, 0,20%, 0,15%, dan 0,10%.
Jadi, IHSG adalah indeks dengan pelemahan paling buruk kedua di Asia, setelah Index Hang Seng.
Sentimen yang menggerakkan IHSG hari ini datang dari global. Investor dihadapkan pada prospek ekonomi global yang semakin tidak menentu. Kegelisahan atas tarif perdagangan, perang dagang, serta laporan keuangan Perusahaan terus membebani sentimen pasar. Kabar terbaru, Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa tarif balasan yang lebih luas, serta tarif tambahan pada sektor tertentu, akan mulai berlaku pada 2 April—sebuah ancaman besar bagi perekonomian dunia.
“Kebijakan Presiden Trump telah menyuntikkan ketidakpastian ke pasar dengan cara yang belum pernah kita lihat selama bertahun-tahun,” papar Todd Jablonski, Kepala Investasi Multi-Aset dan Kuantitatif di Principal Asset Management, dalam wawancara dengan Bloomberg Television.
Ia juga mengungkapkan Perusahaannya telah mengurangi risiko dalam portofolio investasi multi-aset.
Seharusnya, para investor bisa mendapatkan arahan yang lebih jelas di pekan ini, bukan sebaliknya, setelah pertemuan kebijakan moneter oleh Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Bank of Japan (BoJ), dan Bank of England (BoE). Namun, ketiga Bank Sentral tersebut justru menyoroti dampak tarif perdagangan sebagai faktor yang semakin meredupkan prospek ekonomi.
Hal ini semakin memperkuat ketidakpastian di kalangan investor menjelang diberlakukannya tarif baru pada 2 April.
“Pasar akan terus bergerak naik dan turun selama ketidakpastian kebijakan masih berlangsung,” terang Michael Rosen, Kepala Investasi di Angeles Investments, dalam wawancara di kantor pusat Bloomberg di New York.
“Sentimen investor akan sangat fluktuatif, dan itu akan tercermin di pergerakan pasar.”
Terlebih bagi IHSG, ketidakpastian seputar kebijakan Presiden Prabowo Subianto semakin meningkatkan kegelisahan di pasar, memicu perdagangan saham sempat trading halt pada Selasa, seperti yang diwartakan Bloomberg News.
Lembaga pemeringkat global Moody's Investor Service, menetapkan peringkat kredit atau Sovereign Credit Rating (SCR) Indonesia pada level Baa2 dengan outlook stabil.
Moody's yang termasuk dalam triumvirat lembaga pemeringkat internasional yang disegani oleh pasar, menilai, perekonomian Indonesia tetap resilien didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang stabil dan solid serta kredibilitas kebijakan moneter dan fiskal yang terjaga.
Menurut Moody's, penguatan pada aspek pendapatan Pemerintah dan fleksibilitas fiskal, juga peningkatan pertumbuhan dan daya saing ekonomi juga pendalaman pasar keuangan turut menjadi faktor yang memberikan peluang peningkatan SCR Indonesia ke depan.
Gubernur BI Perry Warjiyo dalam pernyataan resmi pagi tadi mengatakan, kepercayaan Moody's terhadap resiliensi ekonomi RI menjadi salah satu indikator positif yang mencerminkan keyakinan dunia internasional terhadap fundamental ekonomi Indonesia yang solid, di tengah ketidakpastian keuangan global.
(fad)