Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Palembang – Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana mengonfirmasi telah bertemu dengan perwakilan Rosneft Singapore Pte Ltd untuk membahas tindak lanjut keputusan investasi akhir atau final investment decision (FID) proyek Grass Root Refinery (GRR) atau Kilang Tuban.

“Kami sudah pernah bertemu sama Rusia lah, Rosneft. Rusia masih komitmen untuk menyediakan pendanaan,” tegas Dadan ditemui di Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Kertapati, Palembang, Sumatra Selatan, Jumat (21/3/2025).

“[Perwakilan] yang datang ke saya kan Wakil Menterinya [Rusia]. Jadi di bawahnya ya Rosneft," lanjutnya, tanpa mendetailkan kapan dan di mana pertemuan tersebut berlangsung.

Rencana desain proyek GRR Tuban./dok. PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PRPP)

Dadan mengatakan hingga kini pemerintah masih mempertahankan janji FID Rosneft untuk melanjutkan proyek GRR, yang terkatung-katung usai sektor migas Rusia disanksi Barat menyusul invasinya ke Ukraina pada Februari 2022. 

Akan tetapi, bahkan setelah mengantongi komitmen kelanjutan ivestasi dari perwakilan investor Rusia tersebut, Dadan masih tak kunjung bisa memastikan kapan FID Kilang Tuban bisa dirampungkan Rosneft. 

“Kan harus ada duitnya dahulu ya. Namun, sudah ada komitmen dari situ,” ujar Dadan. 

Keputusan FID Rosneft di GRR Tuban yang berjalan lambat diakui juga oleh PT Kilang Pertamina Internasional (KPI). Sekretaris Perusahaan KPI Hermansyah Y Nasroen mengatakan proses FID itu memang meleset dari target finalisasi yang ditetapkan Kementerian ESDM pada November 2024.

“Saya enggak tahu detailnya seperti apa, [lambatnya] karena apanya. Akan tetapi, memang sepertinya proses FID-nya yang mungkin agak terlambat gitu ya, karena ini kan memang besar banget [proyeknya],” kata Hermansyah saat ditemui dalam kegiatan media gathering, dikutip Selasa (11/3/2025).

Menurutnya, alasan proyek GRR Tuban berjalan lambat di antaranya adalah karena kilang yang didesain berkapasitas 300.000 barel per hari (bph) itu dimulai dari awal dalam proses pembangunannya.

Masih Berhitung

Kedua perusahaan yang terlibat dalam skema usaha patungan atau joint venture (JV) PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PRPP) masih berhitung mengenai kontrak rekayasa, pengadaan, dan konstruksi atau engineering, procurement and construction (EPC).

“Memang mungkin perhitungannya, EPC tendernya yang membuat mungkin sedikit terlambat,” ujarnya.

Secara bisnis, kata Hermasyah, masing-masing perusahaan memiliki perhitungannya sendiri sehingga PRPP masih harus berdiskusi lebih intensif dalam menyelesaikan FID tersebut.

“Ini kan kita ngomong masalah keekonomian, namanya investasi gitu ya. Jadi memang mungkin perhitungannya yang rigid. Dua perusahaan besar yang punya kepentingan lah ya,” tuturnya. 

Saat ditanya apakah FID Rosneft di proyek GRR memungkinkan untuk dituntaskan pada semester I-2025, Hermansyah belum bisa memastikan. Namun, tenggat FID itu ditetapkan tahun ini. PRPP tengah meninjau lebih lanjut FID yang akan disampaikan ke holding yakni PT Pertamina (Persero).

“Inginnya sih secepatnya ya [FID rampung]. Soalnya masih jalan terus tuh review-review FID-nya gitu. Saya juga, tim kita juga ada yang terlibat. Jadi masih jalan terus. Usulan FID-nya sudah ada, nanti naik sampai holding kan,” ucapnya.

Untuk diketahui, GRR Tuban sejatinya akan dijadikan PSN. Mengutip laman Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP), proyek itu didesain untuk pengolahan minyak mentah hingga 300.000 bph dan menelan nilai investasi Rp238,25 triliun, dengan Pertamina selaku penanggung jawab.

(wdh)

No more pages
Ramadan 2025