Lebih lanjut, Meutya juga menjelaskan bahwa pelepasan ketiga pita frekuensi tersebut sebagai bentuk penuntasan pekerjaan rumah yang sempat tertunda sebelumnya. "Kita berusaha, target utama kita adalah konektivitas. Untuk mencapai konektivitas itu Komdigi berusaha berinovasi, apalagi teknologi-teknologi baru yang memungkinkan kita, terutama fixed wireless access (FWA) untuk menjangkau rumah-rumah yang saat ini belum terkoneksi dengan baik."
"Jadi frekuensi itu membuka jalan untuk marging teknologi dalam conectivity, yang kedua membuka jalan bagi pemain-pemain baru, demi memberikan layanan berkualitas ke masyarakat," tuturnya.
Sekadar catatan, pada merger operator seluler yang sebelumnya telah dilakukan oleh Indosat Ooredoo dan Hutchison 3 Indonesia (Tri) menjadi Indosat Ooredoo Hutchison, mengembalikan 2x5 MHz di pita frekuensi 2.100 MHz.
Lebih lanjut, Wayan menyebut setelah memperoleh persetujuan prinsip dari Kementerian Komdigi yang mencantumkan berbagai kewajiban yang harus dipenuhi oleh kedua perusahaan, proses merger akan berlanjut ke tahap berikutnya.
Termasuk melalui Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Selain itu, kedua perusahaan akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk meresmikan entitas baru hasil penggabungan.
"Setelah itu baru penyesuaian izinnya," terangnya.
EXCL dan FREN akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada 25 Maret 2025. Rencana kegiatan RUPS ini akan menjadi perhatian investor yang menunggu kepastian rencana penggabungan kedua entitas perusahaan.
Berdasarkan kesepakatan yang telah dicapai pada 11 Desember 2024, FREN akan melebur ke dalam EXCL, yang akan menjadi surviving entity.
Kini, restu pemegang saham menjadi faktor kunci untuk menuntaskan transaksi besar ini.
Merger antara keduanya juga disebut aka memberikan dampak signifikan terhadap peningkatan Average Revenue Per User (ARPU) di Indonesia. Sejak periode 2013 hingga 2023 terjadi kenaikan Rp30.000 menjadi Rp41.000 ARPU.
Menurut Group Chief Executive Officer Axiata Group (EXCL), Vivek Sood, dengan penggabungan kedua perusahaan, portofolio spektrum akan menjadi lebih seimbang, menyerupai struktur spektrum dari operator besar lainnya di Indonesia.
Keputusan penggabungan dua entitas provider seluler ini, lanjut Viviek, akan memberikan posisi strategis untuk bersaing di pasar seluler yang semakin kompetitif.
"Dan ini juga akan memungkinkan kita untuk meningkatkan jaringan dan memberikan pengalaman yang jauh lebih baik," ujar Viviek bulan Desember silam.
*) Mendapatkan pembaruan pernyataan dari Menkomdigi.
(wep)