Logo Bloomberg Technoz

Meski demikian, kehilangan massa tulang tetap dapat dideteksi melalui pemindaian medis.

Selain itu, banyak astronaut mengalami gangguan keseimbangan setelah kembali ke Bumi. "Setiap astronaut mengalami hal ini, bahkan mereka yang hanya berada di luar angkasa selama beberapa hari," ujar Emmanuel Urquieta, Wakil Ketua Kedokteran Dirgantara di Universitas Central Florida. 

Astronaut AS Butch Wilmore dan Suni Williams kembali ke Bumi. (Bloomberg)

Untuk mengatasinya, NASA menjalankan program rehabilitasi pasca-misi selama 45 hari agar tubuh astronaut dapat menyesuaikan diri kembali dengan gravitasi Bumi.  
 
Salah satu efek lain dari mikrogravitasi adalah "pergeseran cairan," yaitu redistribusi cairan tubuh ke arah kepala. Kondisi ini meningkatkan kadar kalsium dalam urin dan berisiko menyebabkan batu ginjal. 

Pergeseran cairan juga meningkatkan tekanan intrakranial, yang dapat mengubah bentuk bola mata dan menyebabkan gangguan penglihatan, kondisi yang dikenal sebagai sindrom neurookular terkait penerbangan antariksa (SANS).  

Menariknya, dalam beberapa kasus, efek ini justru memberikan manfaat. Astronaut NASA Jessica Meir mengungkapkan bahwa ia mengalami SANS yang cukup parah.

"Saat saya memulai karier, saya memakai kacamata dan lensa kontak, tetapi setelah bola mata saya berubah bentuk, kini penglihatan saya menjadi 20/15—seolah-olah saya mendapatkan operasi korektif termahal yang pernah ada," ujarnya.  

Di sisi lain, radiasi merupakan salah satu ancaman terbesar bagi astronaut yang menjalani misi jangka panjang. Meskipun ISS masih mendapatkan perlindungan dari medan magnet Bumi, tingkat radiasi di sana jauh lebih tinggi dibandingkan di permukaan Bumi. Oleh karena itu, NASA menetapkan batasan peningkatan risiko kanker akibat paparan radiasi bagi astronaut hingga 3%.

Namun, untuk misi ke Bulan atau Mars, tingkat paparan radiasi akan jauh lebih tinggi. "Perisai terbaik adalah dengan bahan berat seperti timbal atau air, tetapi jumlah yang dibutuhkan sangat besar," ujar Astrofisikawan Siegfried Eggl dari Universitas Illinois Urbana-Champaign.

Ilustrasi Astronaut Berada di Stasiun Luar Angkasa Internasional atau ISS. (Bloomberg)

Untuk mengatasi masalah ini, para ilmuwan sedang mengembangkan teknologi perlindungan radiasi yang lebih efisien, termasuk terapi obat dan bahkan terapi gen untuk meningkatkan ketahanan tubuh terhadap radiasi luar angkasa.  

Tantangan Psikologis dalam Misi Jangka Panjang 

Selain tantangan fisik, astronaut juga menghadapi tekanan psikologis yang signifikan. Terisolasi dalam ruang terbatas selama berbulan-bulan dapat menimbulkan stres dan ketegangan antar anggota kru. Menurut Joseph Keebler, psikolog dari Universitas Aeronautika Embry-Riddle, menjaga keharmonisan dalam tim adalah tantangan besar.  

"Bayangkan terjebak di dalam sebuah van bersama seseorang selama tiga tahun. Ruang pesawat itu tidak besar, tidak ada privasi, dan tidak ada tempat untuk menyendiri," jelasnya. 

Oleh karena itu, pelatihan psikologis menjadi bagian penting dalam persiapan astronaut sebelum menjalani misi jangka panjang.

(wep)

No more pages