Logo Bloomberg Technoz

Erica Yokoyama - Bloomberg News

Bloomberg, Inflasi konsumen di Jepang melambat untuk pertama kalinya dalam empat bulan, seiring dengan kembalinya subsidi pemerintah yang menekan biaya utilitas. Hasil ini semakin memperkuat alasan bagi bank sentral Jepang atau Bank of Japan (BOJ) untuk tetap menjalankan kebijakan kenaikan suku bunga secara bertahap.

Kementerian Dalam Negeri Jepang melaporkan pada Jumat (21/03/2025) bahwa indeks harga konsumen (IHK), tidak termasuk makanan segar, naik 3,0% pada Februari dibandingkan tahun sebelumnya, melambat dari kenaikan 3,2% pada Januari. Angka ini sedikit lebih tinggi dari perkiraan para ekonom yang memprediksi kenaikan 2,9%. Secara keseluruhan, inflasi juga turun menjadi 3,7% dari 4% pada bulan sebelumnya.

Data ini sejalan dengan laporan inflasi Tokyo—indikator awal yang menunjukkan perlambatan akibat subsidi energi. Secara nasional, subsidi tersebut mengurangi inflasi sebesar 0,33 poin persentase pada Februari. Indeks harga inti tetap bertahan di atas target BOJ sebesar 2% selama 35 bulan berturut-turut.

Laporan inflasi ini dirilis dua hari setelah BOJ mempertahankan kebijakan moneter tanpa perubahan, sambil menilai dampak kenaikan suku bunga pada Januari serta dinamika perdagangan global yang berubah. Dalam konferensi pers pasca-keputusan, Gubernur BOJ Kazuo Ueda mengatakan bahwa data ekonomi domestik masih sesuai dengan proyeksi bank, tetapi ketidakpastian ekonomi global semakin meningkat.

Ueda memperkirakan BOJ akan mendapatkan gambaran lebih jelas mengenai prospek ekonomi global pada awal April, ketika Amerika Serikat diperkirakan akan mengumumkan kebijakan tarif timbal balik untuk sektor seperti otomotif, farmasi, dan semikonduktor.

Dalam laporan proyeksi ekonomi terbarunya, BOJ memperkirakan indeks harga inti akan rata-rata mencapai 2,7% pada tahun fiskal ini dan 2,4% tahun depan.

Sebagian besar analis memperkirakan BOJ akan kembali menaikkan suku bunga pada Juni atau Juli, dengan pola kenaikan setiap enam bulan hingga mencapai puncak siklus pengetatan kebijakan moneter.

Meskipun inflasi utama mengalami penurunan, indikator yang lebih dalam menunjukkan tekanan harga tetap stabil. Harga konsumen yang tidak termasuk energi dan makanan segar naik 2,6%, laju tercepat dalam setahun terakhir. Pelemahan yen yang berkelanjutan, cuaca yang tidak menentu, dan kelangkaan tenaga kerja menjadi faktor utama yang mendorong kenaikan harga berbagai produk makanan, sehingga meningkatkan kekhawatiran rumah tangga di tengah stagnannya upah riil.

Beban biaya hidup yang meningkat telah berdampak pada sentimen ritel, dengan indeks keyakinan konsumen turun pada Februari ke level terendah dalam hampir dua tahun. Data pekan lalu juga menunjukkan bahwa belanja rumah tangga pada Januari jauh lebih rendah dari perkiraan, karena masyarakat mengurangi pengeluaran untuk kebutuhan yang tidak mendesak.

(bbn)

No more pages