“Bercermin pada respons harga terhadap guncangan pasokan minyak dunia pada masa lalu, hilangnya 15% pasokan minyak bumi secara permanen setiap tahun dapat menaikkan harga minyak bumi lebih dari 400%,” klaim mereka.
Sebagai ilustrasi, harga minyak bumi naik 200% selama guncangan harga minyak bumi pada 1970-an. Dalam kurun 10 tahun, tingkat pengangguran kemungkinan mencapai 30%, lebih tinggi dari Era Depresi Besar di Amerika Serikat (AS) pada 1930-an.
“Proyeksi kami mencerminkan penurunan alami produksi minyak bumi sekitar 15% per tahun. Angka ini hampir dua kali lipat dari estimasi IEA sebesar 8%. Peningkatan ini disebabkan oleh perubahan bauran energi dunia menuju sumber minyak bumi dan gas alam nonkonvensional. Sebagian besar berasal dari formasi serpih dan batuan padat, di mana produksi migas biasanya menurun lebih cepat,” papar perseroan.
Dengan kata lain, tanpa investasi baru di sektor migas, ExxonMobil memperkirakan pasokan minyak bumi global akan turun lebih dari 15 juta barel per hari (bph) hanya dalam tahun pertama.
Pada tingkat itu, pada 2030, pasokan minyak bumi akan turun dari 100 juta bph menjadi kurang dari 30 juta, sehingga akan ada tambahan 70 juta barel dari yang dibutuhkan untuk memenuhi permintaan setiap hari.
“[Untuk itu], setiap kebijakan yang menghalangi penggunaan sumber daya alam tidaklah adil bagi semua orang,” tegas perseroan.

Jangka Pendek
Pada perkembangan lain terkait dengan laporan jangka pendek, IEA menyebut produksi minyak mentah dunia turun 570.000 bph secara bulanan pada Februari 2025, menjadi 82,8 juta bph.
Realisasi tersebut memperpanjang laju penurunan produksi minyak dunia dari level tertinggi lima tahun pada Desember yang sebanyak 84,3 juta bph, akibat kebijakan penghentian produksi yang direncanakan maupun tidak terencana.
Produksi minyak dunia diperkirakan mencapai rata-rata 83,3 juta bph pada 2025, naik 570.000 bph secara anual karena aktivitas OECD yang lebih rendah sebagian mengimbangi peningkatan tahunan sebesar 930.000 ph di negara-negara non-OECD.
“Margin kilang pulih pada Februari, karena jatuhnya harga minyak mentah mengangkat profitabilitas di semua wilayah,” papar IEA dalam laporan Oil Market Report edisi Maret 2025.
Meski produksi turun, pasokan minyak dunia naik 240.000 bph secara bulanan pada Februari menjadi 103,3 juta bph, didominasi oleh pasokan dari anggota OPEC+.
Kazakhstan memompa minyak pada laju tertinggi sepanjang masa saat Tengiz meningkat, sementara Iran dan Venezuela meningkatkan aliran menjelang sanksi yang lebih ketat.
Produksi minyak non-OPEC+ diproyeksikan naik 1,5 juta bph pada 2025, dipimpin oleh AS. Setelah penurunan produksi 770.000 bph tahun lalu, produksi OPEC+ dapat bertahan stabil pada 2025 jika pemotongan sukarela dipertahankan setelah April.
Dari sisi harga, IEA melaporkan minyak mentah turun sekitar US$7/barel pada Februari dan awal Maret 2025, dipicu sentimen makro yang memburuk di tengah eskalasi perang dagang yang mengaburkan prospek pertumbuhan permintaan minyak dunia.
“Rencana OPEC+ untuk mulai menghentikan pemotongan produksi sukarela pada April menambah ekspektasi keseimbangan minyak mentah yang memadai pada 2025,” sebut IEA.
(wdh)