Bloomberg Technoz, Jakarta - Rupiah kemungkinan berpotensi mengalami tekanan lagi dalam perdagangan hari terakhir pekan ini, di tengah sentimen domestik yang kurang baik serta faktor pasar global yang kembali diliputi ketidakpastian dan mengurangi daya tarik aset-aset di pasar emerging.
Investor asing terus melanjutkan tekanan jual baik di saham maupun surat utang, kendati indeks saham maupun harga surat utang 'hijau' pada perdagangan Kamis.
Risiko investasi yang tecermin dari premi Credit Default Swap (CDS) pagi ini menyentuh level 90,22, tertinggi dalam 16 bulan terakhir. Premi CDS kemarin melompat naik 7,2% dalam sehari, di tengah ketegangan politik domestik yang meningkat ketika elemen masyarakat sipil dan mahasiswa menentang pengesahan RUU TNI yang dinilai memberi ruang lebih besar bagi militer di ranah jabatan sipil.
Tekanan jual investor asing berlanjut di pasar saham pada Kamis kemarin, dengan nilai net sell mencapai Rp499,33 miliar ketika IHSG ditutup menguat 1,11%. Itu merupakan aksi jual hari kelima perdagangan beruntun.
Sementara di pasar surat utang, investor asing melanjutkan posisi net sell untuk hari keenam perdagangan di mana pada 19 Maret lalu mereka menjual Rp255 miliar. Posisi asing di SBN kini sebesar Rp893,04 triliun, berkurang Rp7,02 triliun selama periode 12-19 Maret.
Sementara dari pasar global, sentimen pasar kembali negatif menyusul keresahan investor menimbang kemungkinan eskalasi perang tarif serta kekuatan ekonomi AS. Data ekonomi yang dilansir kemarin, yakni data penjualan rumah serta klaim pengangguran awal, mencatat angka melampaui ekspektasi pasar.
Pasar merespon itu dengan menjual saham sehingga indeks ekuitas di Wall Street ditutup merah. Sementara indeks dolar AS ditutup menguat 0,41% di level 103,85.
“Meskipun level terbawah dari koreksi baru-baru ini kemungkinan besar telah terjadi, kita mungkin belum melihat akhir dari volatilitas,” kata Daniel Skelly, Head of Research Morgan Stanley, dilansir dari Bloomberg News. “Ketidakpastian kebijakan belum hilang, dan pasar tetap sensitif terhadap perubahan sentimen."
Pada pembukaan pasar Asia Jumat pagi, indeks saham di Korea yaitu Kospi dan Kosdaq dibuka melemah 0,47% dan 1,11%. Sementara di pasar valuta, pergerakan mata uang Asia bervariasi. Baht melemah bersama yen dan dolar Singapura serta yuan offshore. Sedangkan ringgit, won serta dolar Hong Kong masih menguat pagi ini.
Di pasar offshore, kontrak rupiah NonDeliverable Forward (NDF) tadi malam ditutup menguat 0,38% di level Rp16.502/US$ ketika indeks dolar AS juga menguat. Namun, pagi ini rupiah NDF kembali tertekan dan bergerak melemah di Rp16.529/US$ di kala indeks the greenback dibuka melemah juga.
Pergerakan rupiah yang searah dengan indeks dolar AS ini agak jarang terjadi. Yang pasti, level rupiah forward saat ini lebih lemah dibanding posisi penutupan rupiah spot kemarin di Rp16.475/US$. Hal itu mengisyaratkan kemungkinan pelemahan yang kembali terbuka di pasar spot Jumat ini.
(rui)