Richard Henderson-Bloomberg News
Bloomberg, Pasar bursa di Asia siap untuk mengekor penurunan di Wall Street tadi malam imbas para pedagang yang tengah menimbang dampak perang dagang terhadap data perumahan dan pekerjaan AS yang kuat.
Indeks ekuitas berjangka untuk Jepang, Australia, dan Hong Kong semuanya turun tipis. Indeks S&P 500 ditutup sedikit lebih rendah pada hari Kamis waktu setempat sebagai tanda sentimen kekhawatiran, hanya seminggu setelah Wall Street mengalami koreksi. Indeks acuan saham-saham China yang terdaftar di AS turun 3,8%.
Pergerakan bursa AS yang lesu menghambat rebound saham global, yang menyentuh level tertinggi dalam hampir dua minggu di sesi sebelumnya.
Pelemahan di Wall Street juga terjadi menjelang ujian besar pada hari Jumat ketika kontrak opsi senilai US$4,5 miliar akan berakhir dalam sebuah peristiwa triple witching, yang sering memicu volatilitas.
Treasuries sebagian besar tidak berubah pada hari Kamis, dan indeks dolar naik untuk hari kedua. Yen stabil pada Jumat pagi setelah mempertahankan levelnya terhadap dolar AS di sesi sebelumnya dan diperdagangkan di sekitar 148/US$.
Pound menahan kerugian karena Bank of England memilih untuk mempertahankan suku bunga di tengah-tengah latar belakang global yang bergejolak.
Pergerakan yang tidak terlalu aktif di seluruh bursa global merupakan sinyal keresahan karena investor mempertimbangkan kemungkinan eskalasi tarif, kekuatan ekonomi AS, dan apakah saham AS dapat membalikkan penurunan dari puncaknya di bulan Februari.
Data penjualan rumah yang sudah ada di AS melampaui estimasi, sementara klaim pengangguran awal, ukuran pengangguran, sejalan dengan ekspektasi dalam tanda pasar tenaga kerja yang sehat.
“Meskipun level terbawah dari koreksi baru-baru ini kemungkinan besar telah terjadi, kita mungkin belum melihat akhir dari volatilitas,” kata Daniel Skelly, kepala Tim Riset & Strategi Pasar Manajemen Kekayaan Morgan Stanley. “Ketidakpastian kebijakan belum hilang, dan pasar tetap sensitif terhadap perubahan sentimen.”

Setelah mempertahankan suku bunga stabil minggu ini, Gubernur Federal Reserve atau The Fed, Jerome Powell, meremehkan kekhawatiran pertumbuhan dan pukulan harga yang mungkin terjadi akibat perang dagang.
Pemerintahan AS di bawah kendali Presiden Donald Trump, sedang bersiap untuk mengumumkan gelombang tarif baru pada 2 April, meskipun cakupan pastinya belum dapat dipastikan.
“Akan terjadi naik dan turun karena ketidakpastian kebijakan terus berlanjut. Sentimen investor akan sangat tidak stabil, dan hal ini akan tercermin di pasar,” urai Michael Rosen, kepala investasi di Angeles Investments.
Data yang akan dirilis di Asia meliputi inflasi untuk Jepang dan Malaysia, ekspor untuk Korea Selatan, dan perdagangan untuk Thailand.
Di tempat lain, pendapatan PDD Holdings Inc., yang menjalankan platform e-commerce Temu, tumbuh lebih lambat dari yang diharapkan setelah persaingan domestik yang semakin ketat dan tarif AS membatasi ekspansinya.
Peringatan Resesi

Jeffrey Gundlach, Chief Investment Officer (CIO) DoubleLine Capital, mengatakan bahwa resesi AS kemungkinan besar akan terjadi dalam komentarnya di CNBC hari Kamis. “Tarif bisa jadi akan berdampak pada inflasi,” kata Gundlach, menambahkan tekanan pada The Fed untuk memenuhi target inflasi. Dia mematok peluang resesi AS antara 50% dan 60%.
“Dengan sedikit keberuntungan, pemerintah akan menerjemahkan kembali pesannya tentang tarif di tempat yang seharusnya, yang akan membantu menghilangkan ketidakpastian yang mengganggu pasar saat ini,” kata Jamie Cox di Harris Financial Group.
Dalam penyampaian kabar perusahaan, Apple Inc. merombak para eksekutif untuk mengembalikan upaya kecerdasan buatannya ke jalur yang benar setelah berbulan-bulan mengalami penundaan dan tersandung, menurut orang-orang yang mengetahui situasi tersebut.
Pada jam-jam terakhir, FedEx Corp - sebuah barometer ekonomi - merosot setelah memangkas prospek labanya. Micron Technology Inc. memberikan perkiraan penjualan yang optimis. Hasil Nike Inc. melampaui ekspektasi para analis.
“Saham-saham telah menunjukkan pemulihan yang terhormat sejak posisi terendah pertengahan Maret, dan meskipun masih harus dilihat apakah posisi terendahnya telah tercapai, aksi pasar selama sebulan terakhir sangat konsisten dengan koreksi dan bukan pasar bearish,” kata Clark Bellin di Bellwether Wealth.
“Kami tetap berinvestasi dan menggunakan penurunan valuasi di seluruh sektor untuk keuntungan kami.”
(bbn)