Bagi Simon Lack, seorang manajer portofolio untuk Catalyst Energy Infrastructure Fund, ini baru permulaan bagi saham-sahamnya.
"Energi akan berkinerja lebih baik," katanya, seraya menambahkan bahwa sektor tersebut tetap kurang dihargai bahkan setelah kenaikannya baru-baru ini. Gedung Putih "sangat menyukai energi AS dan ingin kita mengekspor lebih banyak."

Terakhir kali sektor tersebut memimpin S&P 500 selama setahun penuh adalah pada 2022, ketika invasi Rusia ke Ukraina menyebabkan biaya minyak meroket di atas US$100 per barel.
Harga tersebut sekitar US$67 pada Rabu (19/3/2025) waktu setempat. Pada 2024, sektor tersebut terpukul, naik sekitar 2% karena pasar secara keseluruhan melonjak lebih dari 20%, didorong oleh saham teknologi
Sebuah survei Universitas Michigan minggu lalu mengisyaratkan bagaimana ancaman tarif Trump berdampak pada perekonomian.
Survei tersebut menunjukkan bahwa konsumen memperkirakan harga akan naik pada tingkat tahunan sebesar 3,9% selama lima hingga 10 tahun ke depan, tertinggi dalam lebih dari tiga dekade.
Proyeksi ekonomi baru dari Fed pada hari Rabu menunjukkan para pejabat meningkatkan estimasi inflasi mereka. Ketua Jerome Powell, pada bagiannya, mengatakan pembacaan jangka panjang Universitas Michigan adalah "aneh."
Berdatangan
Namun, para investor mengalirkan uang ke saham. Klien Bank of America Corp lebih banyak berinvestasi di sektor energi daripada sektor lainnya karena S&P 500 mengalami koreksi minggu lalu.
Lembaga-lembaga menjadi pembeli besar karena kelompok tersebut mencatat arus masuk terbesar sejak krisis Silicon Valley Bank, analisis bank menunjukkan.
Hal yang pasti, ada banyak tantangan potensial terhadap reli sektor tersebut — termasuk dari Trump.
Energi menghadapi "serangkaian ketidakpastian," menurut Eric Nuttall, seorang manajer portofolio di Ninepoint Partners, termasuk mantra pemerintah untuk mencari harga minyak yang lebih rendah dan potensi lebih banyak pasokan minyak Rusia yang masuk ke pasar jika terjadi gencatan senjata di Ukraina.
Wall Street makin positif terhadap saham energi tersebut. Sektor ini mengalami revisi laba negatif tahun lalu tetapi sekarang memperoleh peningkatan pada saat segmen S&P 500 lainnya mengalami penurunan peringkat, menurut Barclays Plc.
Energi juga tetap menjadi salah satu area termurah di pasar dan kinerja yang goyah dari saham teknologi dengan pertumbuhan tinggi membuat investor mencari nilai.
"Energi sudah lama tidak disukai," kata Lack dari Catalyst Energy Infrastructure Fund.
Sektor ini juga siap untuk melihat pertumbuhan laba dua digit pada kuartal ketiga dan pertumbuhan laba terdepan di pasar sebesar 20% dalam tiga bulan berikutnya, menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg Intelligence.
(bbn)