Bloomberg Technoz, Jakarta - Pasar keuangan domestik bertahan di zona hijau pada perdagangan Kamis jelang penutupan pasar, di tengah kenaikan risiko investasi di Indonesia yang menyentuh level tertinggi sejak awal November 2023.
Kombinasi sentimen pasar global yang lebih positif bagi aset-aset emerging market, ditambah optimisme yang mulai muncul pasca para pejabat kunci di sektor keuangan RI memberi sinyal akan segera mengeluarkan sejumlah kebijakan mengatasi kelesuan ekonomi domestik.
Saham-saham yang pada Selasa lalu menjatuhkan indeks, hari ini menjadi penggerak utama IHSG. Indeks masih bertahan di zona hijau, menguat 1,13% di 6.384. Penguatan IHSG sesi kedua perdagangan mengecil setelah pada sesi pertama sempat 'terbang' hingga 2%.
Sementara rupiah ditutup di Rp16.475/US$, menguat terbanyak di Asia. Level penutupan itu sedikit turun setelah sempat menyentuh Rp16.460/US$ dalam intraday trading.
Di pasar surat utang, mayoritas tenor Surat Berharga Negara (SBN) tenor pendek mencatat kenaikan harga, terindikasi dari penurunan tingkat imbal hasil sampai jelang sore ini. Yield 5Y turun 2,5 basis poin kini di 6,778%. Sedangkan tenor 1Y dan 2Y masing-masing turun 0,8 basis poin dan 0,7 basis poin.
Adapun tenor acuan 10Y masih melanjutkan kenaikan imbal hasil, kini ada di 7,103%. Bersamaan dengan itu, tenor 13Y naik yield-nya 3,7 basis poin di 7,113% dan tenor 16Y naik 3,2 basis poin menyentuh 7,166%.
Pergerakan 'hijau' IHSG terutama karena kenaikan lagi harga saham-saham mahal yang pada Selasa lalu menjadi pemicu kejatuhan indeks hingga 7%. Saham yang dimiliki Grup Salim, DCII, menyokong terbesar kenaikan indeks hari ini. Disusul saham emiten taipan Prajogo Pangestu seperti TPIA, BREN, CUAN, juga PTRO.
Sementara di zona merah, saham-saham bank BUMN seperti BBRI, BMRI, BBNI, juga saham konsumer seperti AMRT, ACES, ICBP, MAPI juga UNVR, menjadi laggard atau pemberat indeks.
Risiko investasi makin tinggi
Rebound pasar hari ini mungkin masih rentan berbalik arah menilik tekanan jual asing masih membesar sampai perdagangan kemarin. Premi risiko investasi RI terus melanjutkan kenaikan. Hal itu terlihat dari reli harga Credit Default Swap (CDS) yang sore ini menyentuh 89,2, tertinggi sejak awal November 2023. Dalam sebulan terakhir, premi CDS sudah naik 13,1%.
Credit Default Swap merupakan kontrak antara penjual dan pembeli CDS dengan membayar biaya (fixed premium) pada periode tertentu (maturity) dan kompensasi tertentu apabila terjadi credit event.
Mengacu ISDA (International Swaps and Derivatives Association), credit event mengacu pada dua haal, yakni kebangkrutan dan gagal bayar. Dengan kata lain, CDS adalah sejenis perlindungan/proteksi atas risiko kredit.
Alhasil, kenaikan harga CDS mengindikasikan para investor menaikkan pembelian asuransi akan terjadinya kegagalan kredit karena menilai situasi saat ini lebih berisiko dari sebelumnya.
Mengacu data otoritas bursa, ketika indeks rebound kemarin, investor asing masih membukukan net sell atau jual bersih senilai Rp910,64 miliar.
Alhasil, selama bulan Maret ini, investor asing sudah membukukan net sell sebesar US$ 513 juta atau Rp8,47 triliun sampai perdagangan kemarin, memakai kurs dolar AS di pasar spot terakhir.
Sementara di pasar SBN, investor asing telah mencatat posisi net sell selama lima hari perdagangan beruntun. Dua hari pada awal pekan ini, asing membukukan net sell senilai Rp869 miliar. Namun, selama Maret, posisi asing masih net buy sebesar Rp3,14 triliun.
Adapun dari instrumen operasi moneter Bank Indonesia yang ditujukan untuk menarik hot money, dana asing jangka pendek, yakni Sekuritas Rupiah (SRBI), Sekuritas Valas (SVBI) dan Sukuk Valas (SuVBI), investor asing mencatat net outflows secara agregat senilai Rp3,41 triliun month-to-date.
Arus keluar modal asing yang masih berlanjut dinilai sebagai cerminan penurunan kepercayaan investor global akan prospek pertumbuhan Indonesia karena konsumsi rumah tangga yang lemah dan ketidakpastian berbagai kebijakan Pemerintah RI.
Selain itu, para investor juga mulai meragukan kedisiplinan fiskal bisa tetap dijaga di tengah tren penerimaan negara yang melemah akan tetapi belum terlihat ada upaya penambahan sumber pendapatan baru yang bisa menambal tekor anggaran agar tak kian lebar.
Selain itu, perkembangan lanskap politik domestik juga menjadi sorotan. Dalam hal ini adalah revisi Undang-Undang TNI yang baru disahkan hari ini dalam Sidang Paripurna DPR, dinilai dapat mempengaruhi stabilitas politik dan ekonomi, menurut CGS Sekuritas Indonesia.
Investor asing biasanya menghindari pasar yang memiliki risiko politik tinggi karena dapat berdampak langsung pada stabilitas makroekonomi.
Sampai sore ini, elemen masyarakat sipil masih menggelar aksi di depan Gedung Parlemen memprotes lolosnya beleid yang memperluas keberadaan militer dalam jabatan-jabatan sipil tersebut. Sedari pagi, ribuan tentara diturunkan untuk 'mengamankan' aksi protes masyarakat sipil, lengkap dengan water canons dan kendaraan taktis.
"Indonesia menjadi seperti Thailand dan Myanmar di mana tentara semakin banyak menduduki jabatan sipil. Musuhnya bukanlah kudeta militer atau perang saudara, tapi pendekatan Prabowo sejauh ini telah menunjukkan tingkat keterlibatan militer yang tinggi," kata Usman Hamid, Direktur Eksekutif Amnesty Internasional Indonesia, dilansir dari Bloomberg News.
(rui/hps)