Logo Bloomberg Technoz

Sam Kim - Bloomberg News

Bloomberg, Jumlah pernikahan di Korea Selatan (Korsel) mengalami lonjakan terbesar dalam sejarah, memberikan secercah harapan bagi negara yang sedang berjuang meningkatkan angka kelahiran terendah di dunia di tengah pesimisme ekonomi yang terus tumbuh.

Lebih dari 222.000 pasangan menikah pada tahun 2024 naik 14,8% dari tahun sebelumnya, menandai percepatan dari kenaikan 1% pada tahun sebelumnya, menurut data yang dirilis pada Kamis (20/03/2025) dari kantor statistik nasional. Ini adalah peningkatan terbesar dalam data sejak tahun 1990.

Data ini dirilis sebulan setelah Korsel melaporkan tingkat kesuburannya meningkat untuk pertama kalinya dalam sembilan tahun terakhir pada tahun 2024. Peningkatan kesuburan dan pernikahan mungkin disebabkan oleh orang-orang yang lahir pada awal 1990-an, periode ketika negara tersebut mengalami lonjakan jumlah kelahiran dan dari pasangan yang menunda pernikahan selama pandemi.

Pemerintah Korsel telah menggelontorkan banyak dana selama bertahun-tahun untuk mendorong lebih banyak warganya menikah dan memiliki anak. Berbagai skema dukungan telah diterapkan, seperti kompensasi yang lebih besar untuk cuti orang tua dan potongan suku bunga KPR bagi keluarga yang baru memiliki bayi. Bahkan, Seoul, ibukota negara ini, berencana memberikan bantuan finansial bagi penduduk yang ingin membatalkan vasektomi atau tubektomi.

Saat ini, Korsel menghadapi masalah serius akibat rendahnya angka kelahiran. Populasi yang menua dengan cepat menimbulkan kekhawatiran tentang beban dana pensiun dan biaya perawatan kesehatan di masa depan. Selain itu, jumlah tenaga kerja yang terus berkurang juga menambah tantangan besar bagi perekonomian negara, terutama dalam persaingan dengan China dan negara lain di sektor manufaktur serta teknologi.

Pada tahun lalu, rata-rata jumlah anak yang diharapkan lahir dari setiap wanita selama hidupnya hanya 0,75. Meskipun naik sedikit dari 0,72 pada tahun 2023, angka ini tetap yang terendah di dunia. Di kota besar seperti Seoul, memiliki tingkat kesuburan terendah, hanya 0,58.

Beberapa faktor utama yang membuat masyarakat enggan memiliki anak adalah biaya hidup yang tinggi dan kurangnya harga rumah yang terjangkau. Banyak orang tua juga khawatir dengan dampak negatif setelah kembali bekerja dari cuti mengasuh anak. Mereka juga menghadapi biaya pendidikan yang secara proporsional termasuk yang tertinggi di negara maju.

Di Korsel, pernikahan dan kelahiran masih sangat berkaitan erat, karena kelahiran di luar nikah jarang terjadi. Rata-rata pria menikah untuk pertama kali di usia 33,9 tahun, sedangkan wanita di usia 31,6 tahun, menurut data tersebut. Penelitian demografi menunjukkan bahwa pasangan yang menikah lebih muda cenderung memiliki lebih banyak anak.

(bbn)

No more pages