Bloomberg Technoz, Jakarta – ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) menyatakan tengah membidik Indonesia sebagai tuan rumah pengembangan industri petrokimia Asia. Penyebabnya, dalam 30 tahun mendatang, RI digadang-gadang bisa menjadi pusat pertumbuhan industri polimer di kawasan.
“Kami sedang melihat Indonesia menjadi salah satu tempat pengembangan petrokimia di kawasan,” kata Vice President Public & Government Affairs ExxonMobil Cepu Limited Dave A. Seta dalam media gathering, dikutip Kamis (20/3/2025).
Dave menyebut ExxonMobil tengah bekerja sama dengan pemerintah, khususnya Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, untuk melakukan studi tentang peluang realisasi pengembangan petrokimia. Terlebih, kawasan Asia ditargetkan menjadi pusat pertumbuhan industri polimer.
Industri polimer dan petrokimia memiliki hubungan erat karena sebagian besar polimer berasal dari bahan baku yang diproduksi oleh industri petrokimia.
“[Prosesnya saat ini] masih tahap awal, istilahnya penjajakan awal,” ucap Dave.

Bisnis Tangkap Karbon
Selain mengembangkan petrokimia, ExxonMobil juga sedang menyoroti potensi bisnis pengembangan hub tangkap-simpan karbon atau carbon capture and storage (CCS).
“Kami sedang kerja sama dengan Pertamina untuk melihat potensi bisnis pengembangan hub CCS atau CCS terpusat di Sunda Asri, yang lokasinya ada di Laut Jawa,” imbuhnya.
Pemerintah dan ExxonMobil sebelumnya telah resmi menandatangani nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) untuk rencana investasi awal US$10 miliar atau setara Rp165 triliun di Indonesia. Adapun, komitmen investasi ExxonMobil bisa mencapai US$15 miliar atau setara Rp247 triliun.
Investasi yang akan dilakukan hingga 10 tahun mendatang itu bakal digelontorkan untuk membangun fasilitas untuk CCS dan industri petrokimia di Indonesia.
"Proyek ini memiliki nilai strategis yang besar dengan estimasi US$10 miliar. Ini tentu mendukung kebijakan hilirisasi dari Presiden [Prabowo Subianto], menciptakan lapangan pekerjaan dan komitmen kepada keberlanjutan," ujar Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dalam agenda penandatanganan di kantornya, akhir Januari.
Airlangga mengatakan fasilitas CCS yang diinvestasikan oleh ExxonMobil bisa mengurangi emisi CO2 sebesar 90% dan harapannya menjadi fasilitas yang beroperasi pertama kali di Indonesia.
Secara terpisah, Sekretaris Kemenko Perekonomian Susiwijono Moegiarso menjelaskan infrastruktur CCS yang dibangun ExxonMobil berpotensi menjadi yang terbesar di Indonesia karena rencana kapasitas penyimpanan mencapai 3 gigaton.
Selain itu, pemerintah juga diminta untuk membantu untuk mencarikan lokasi investasi industri petrokimia dari ExxonMobil, yang ditaksir membutuhkan lahan sekitar 500 hektare.
"Pilihannya ada di beberapa kawasan di sekitar Jawa, karena mereka mintanya jaraknya kurang lebih paling jauh sekitar 100 kilometer dari lokasi storage dia," ujarnya.
(mfd/wdh)