Venture Global belum membuat keputusan investasi final atas proyek ini, yang akan menjadi salah satu kilang LNG terbesar dari jenisnya.
Berdasarkan persetujuan tersebut, CP2 memiliki otorisasi bersyarat untuk mengekspor LNG ke negara-negara yang tidak memiliki perjanjian perdagangan bebas dengan AS.

Perintah ini didasarkan pada tekad pemerintah bahwa penjualan tersebut akan menghasilkan keuntungan ekonomi bagi AS, sekaligus mendiversifikasi pasokan gas alam global dan memperkuat keamanan energi bagi sekutu-sekutu AS di luar negeri.
Ini adalah upaya terbaru Trump untuk meningkatkan ekspor gas AS, menyusul lisensi serupa untuk Commonwealth LNG, perpanjangan izin untuk dua proyek lain, dan perintah yang mempermudah penggunaan LNG sebagai bahan bakar kapal.
Otorisasi CP2 sejauh ini merupakan langkah terbesar Trump terkait LNG. Skala proyek ini menjadikannya target bagi para aktivis iklim yang menekan pemerintahan Joe Biden untuk memblokir usaha tersebut.
Organisasi-organisasi lingkungan berpendapat bahwa kilang tersebut akan memperpanjang transisi menuju energi bebas emisi dan menghasilkan gas rumah kaca setara dengan 1,8 juta mobil baru berbahan bakar bensin di jalanan.
Sebaliknya, Venture Global mengatakan proyek ini akan mengekspor gas alam yang cukup untuk menggantikan 33 pembangkit listrik tenaga batu bara, yang secara efektif mencegah pelepasan sekitar 140 juta ton gas rumah kaca per tahun.
Pada akhirnya, Biden menghentikan penerbitan izin ekspor LNG baru pada Januari 2024, menunda lisensi untuk CP2 dan proyek-proyek lainnya. Pada Desember tahun lalu, pemerintah merilis sebuah studi yang menemukan bahwa lebih banyak ekspor akan meningkatkan harga gas alam bagi konsumen AS dan meningkatkan emisi global.
Trump mencabut moratorium Biden pada hari pertamanya menjabat.
Pelanggan pasokan LNG dari CP2 di masa depan, termasuk Exxon Mobil Corp, Chevron Corp, Inpex Corp, dan SEFE Securing Energy for Europe GmbH.
(bbn)