Bloomberg Technoz, Jakarta - Pasar domestik bangkit setelah mengalami tekanan besar di awal pekan ini, didukung oleh perbaikan sentimen di pasar global juga respons otoritas domestik yang terlihat mulai serius menanggapi kekhawatiran para pelaku pasar.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melesat pada Kamis (20/3/2025) pagi, kini melonjak hingga 2% di level 6.4124. Lantas disusul pula oleh rupiah yang menguat di level Rp16.470/US$. Harga surat utang negara juga membaik pagi ini, terlihat dari pergerakan imbal hasil di sebagian tenor yang bergerak turun.
Lanskap pasar global memang tengah membaik pasca pengumuman hasil FOMC alias pertemuan komite Federal Reserve, bank sentral Amerika Serikat, yang memberi petunjuk pemangkasan bunga acuan hingga dua kali di sisa tahun ini.

Harga saham dan surat utang AS, Treasury, mencetak reli merespon hal tersebut. Sentimen itu menjalar ke pasar Asia pagi ini. Sebagian besar bursa di kawasan Asia bergerak di zona hijau kecuali Nikkei, Hang Seng dan Kosdaq sejauh ini.
Sementara valuta Asia mayoritas juga bergerak menguat kecuali yuan Tiongkok dan dolar Singapura.
Di pasar surat utang negara pagi ini, seperti terlihat dari data realtime OTC Bloomberg, hampir semua tenor naik harganya terindikasi dari penurunan yield terutama untuk tenor 2Y yang turun 1,6 basis poin di level 6,597%.

Sedangkan tenor 5Y turun 2 basis poin kini di 6,783%. Tenor acuan 10Y juga terkikis sedikit 1,3 basis poin menjadi 7,083%.
Adapun SUN tenor 9Y, 11Y, 13Y dan 16Y dan 18Y pagi ini masih merangkak naik imbal hasilnya, cerminan harga yang tertekan.
Pasar sepertinya lebih percaya diri menyusul hasil pertemuan Presiden Prabowo Subianto dengan anggota Dewan Ekonomi Nasional serta Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Menteri Koordiantor Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto kemarin sore.
Seperti dinyatakan oleh Airlangga usai pertemuan, Pemerintah RI berencana melakukan beberapa langkah baru untuk mengatasi isu kelesuan ekonomi.
Termasuk di antaranya menyiapkan deregulasi sektor padat karya, mendukung industri tekstil serta kebijakan anti-dumping. Selain itu, Presiden Prabowo juga disebut akan menemui para pelaku pasar modal seperti diungkap oleh Ketua DEN Luhut Binsar Pandjaitan.
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo juga memberi pernyataan untuk menenangkan para investor. Perry mengatakan, otoritas akan menjaga daya tarik investasi RI tetap menarik mensinyalkan upaya lebih lanjut untuk menarik lagi minat asing masuk ke pasar.
BI juga mengatakan, ruang penurunan bunga acuan masih terbuka meski saat ini kondisi global belum memungkinkan untuk itu. Gubernur Perry bilang, otoritas moneter akan memantau pergerakan rupiah, perkembangan inflasi serta pertumbuhan ekonomi dalam menentukan kebijakan bunga acuan ke depan.
Pada kesempatan sebelumnya, Menteri Keuangan juga melaporkan adanya perkembangan perolehan pajak pada bulan Maret setelah terkontraksi selama dua bulan beruntun.
"Pertumbuhan [penerimaan pajak] 6,6% positif lebih baik dibandingkan yang kami sampaikan Februari per akhir posisi yaitu negatif 3,8%. Pada 1-17 Maret 2025, terjadi turn around dari penerimaan bruto yang tadinya negatif 3,8% akhir Februari pada 17 Maret, posisi sudah positif 6,6%," ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers, Selasa (18/3/2025).
Asing Masih Jual
Kebangkitan pasar keuangan domestik pagi kemungkinan lebih banyak disokong oleh investor domestik yang kembali berbelanja memborong saham dan surat utang di harga diskon.
Para investor asing terindikasi masih melanjutkan tekanan jual sampai perdagangan kemarin. Mengacu data otoritas bursa saham, ketika IHSG rebound pada perdagangan kemarin dengan kenaikan lebih dari 1%, pemodal asing masih mencatat posisi net sell atau jual bersih senilai Rp910,64 miliar.
Dengan demikian, selama bulan Maret, investor asing sudah membukukan net sell sebesar US$ 513 juta atau Rp8,47 triliun sampai perdagangan kemarin.
Sementara di pasar surat utang negara, investor asing telah mencatat posisi net sell selama lima hari perdagangan beruntun. Dua hari pada awal pekan ini, asing membukukan net sell senilai Rp869 miliar. Namun, selama Maret, posisi asing masih net buy sebesar Rp3,14 triliun.
Adapun dari instrumen operasi moneter Bank Indonesia yang ditujukan untuk menarik hot money, dana asing jangka pendek, yakni Sekuritas Rupiah (SRBI), Sekuritas Valas (SVBI) dan Sukuk Valas (SuVBI), investor asing mencatat net outflows secara agregat senilai Rp3,41 triliun month-to-date.
Arus keluar modal asing yang membesar belakangan dinilai menjadi cerminan penurunan kepercayaan investor global akan prospek pertumbuhan Indonesia karena konsumsi rumah tangga yang lemah dan berbagai kebijakan Pemerintah RI.
Risiko investasi di Indonesia terus melesat naik terindikasi dari kenaikan harga Credit Default Swap (CDS) tenor 5 tahun. Pagi ini, premi CDS Indonesia menyentuh 88,21, menjadi yang tertinggi sejak 2 November 2023. Dalam sebulan terakhir, CDS RI sudah naik 6,7%. Sementara dibandingkan posisi akhir bulan lalu, kenaikan CDS sudah mencapai 12%.
Ketika premi CDS naik, itu berarti pembelian terhadap proteksi atas terjadinya kegagalan kredit atau risiko kredit yang lain, meningkat.
Dalam konteks yang terjadi di pasar Indonesia, defisit APBN di awal tahun juga kelesuan aktivitas ekonomi dilihat sebagai peningkatan risiko kredit sehingga investor membutuhkan proteksi lebih besar untuk memitigasi risiko pasar ke depan.
(rui)