Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Sesi I perdagangan pagi Kamis (20/3/2025) mencetak angka kenaikan yang semakin tinggi. IHSG menguat 2,08% ke posisi 6.443,09. IHSG bahkan berhasil menyentuh level tertinggi 6.446,88 pada pukul 9.35 WIB.

Tercatat ada penguatan sebanyak-banyaknya 337 saham, dan sebanyak 138 saham melemah. Sisanya 170 saham stagnan.

IHSG Terbang 2% Pagi Ini (Bloomberg)

Dengan pencapaian positif itu, IHSG mencatat kenaikan nomor satu di Asia, juga mencatat peringkat pertama di ASEAN berdasarkan data Bloomberg, Kamis (20/3/2025) pagi hari.

Saham-saham teknologi, saham energi, dan saham barang baku menjadi pendukung utama melesatnya IHSG dengan kenaikan 10,6%, 2,72% dan 2,64%.

Adapun saham-saham potensial yang jadi pendorong penguatan IHSG ialah, saham PT DCI Indonesia Tbk (DCII) melejit 8,02% dan saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) melesat 7,55%. Sama halnya, saham PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) juga lompat hingga 7,31%.

The Fed Beri Sinyal Dovish

Terbang tingginya IHSG pagi hari ini tersulut keputusan Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang menahan suku bunga acuan FFR mereka setelah mengadakan pertemuan kedua kalinya berturut-turut.

Menariknya, yang jadi katalis positif pasar, The Fed mengisyaratkan masih melihat ruang untuk memangkas suku bunga di tahun ini guna mendukung pertumbuhan. Pasalnya, menurut The Fed, kenaikan inflasi akibat tarif akan berlangsung singkat.

Nada Powell yang terkalibrasi mengenai risiko resesi — menyatakan bahwa risikonya ‘tidak tinggi’ – menenangkan kegelisahan para investor saham, seperti yang diwartakan Bloomberg News.

Langkah Bank Sentral untuk memangkas penilaian pertumbuhan juga menambah bahan bakar bagi reli obligasi, di mana para pedagang dan The Fed kini sepakat atas prospek pemangkasan suku bunga tahun ini.

Analis Phintraco Sekuritas menyebut, The Fed tidak menutup kemungkinan memangkas suku bunga acuan sebanyak 2 kali di tahun 2025. 

“Pernyataan ini relatif lebih dovish dibanding ekspektasi sebagian pelaku pasar yang mulai mengkhawatirkan peluang pemangkasan hanya 1 kali di 2025,” jelas Phintraco.

BI Rate Jadi Katalis Positif

Ditambah lagi sentimen dari dalam negeri, IHSG ditopang oleh stimulus moneter pada pengumumannya Rabu. Stimulus fiskal yang dimaksud adalah peningkatan kebijakan likuiditas makroprudensial hingga mencapai Rp375 miliar dari realisasi hingga pekan kedua Maret 2024 di Rp291,8 triliun.

Kondisi ini akan sangat membantu likuiditas perbankan yang cenderung lebih ketat sejak Kuartal IV-2024.

“Kebijakan ini merupakan bagian dari dukungan untuk stimulus fiskal, salah satunya program 3 juta rumah. Pasar berharap kebijakan tersebut dapat berdampak positif untuk outlook ekonomi Indonesia, setidaknya dalam jangka menengah,” sebut Phintraco Sekuritas dalam riset terbarunya.

Pasar juga merespons kebijakan Bank Indonesia yang mempertahankan suku bunga acuan (BI Rate) tetap di 5,75% pada pertemuan Maret 2025.

“RDG BI pada 18 dan 19 Maret 2025 memutuskan untuk menahan BI Rate 5,75%, suku bunga Deposit Facility 5% dan suku lending facility 6,5%,” terang Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan dalam Konferensi Pers RDG BI Februari 2025, Rabu.

(fad)

No more pages