Bloomberg Technoz, Jakarta - Rupiah dibuka menguat tipis 0,09% di level Rp16.510/US$ dalam perdagangan pasar spot hari Kamis, di tengah sentimen pasar global yang membaik pasca pengumuman hasil Federal Open Meeting Committee (FOMC) bank sentral Amerika Serikat (AS) dini hari tadi.
Dari kacamata teknikal, bila penguatan berlanjut, rupiah memiliki level resistance menarik di Rp16.500/US$ dan selanjutnya Rp16.470/US$ secara potensial bagi rupiah dalam time frame daily.
Sebaliknya, bila terjadi tekanan, rupiah bisa lanjut melemah menuju Rp16.550/US$ setelah kemarin mengonfirmasi bearish pattern dengan break support kuat. Level support kedua akan tertahan di Rp16.600/US$.
Apabila kembali break kedua support tersebut, rupiah berpotensi melemah makin jauh menuju level Rp16.700/US$ sebagai support paling terkuat di sisa sepekan perdagangan kedepan.
Keputusan Federal Reserve (The Fed) menahan bunga acuan sesuai ekspektasi pasar, memberikan petunjuk bahwa peluang pemangkasan suku bunga kebijakan makin terbuka sampai dua kali, menyusul validasi bank sentral bahwa perekonomian terbesar di dunia itu potensial melambat pertumbuhannya.
The Fed memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi AS tahun ini dari 2,1% menjadi 1,7%, . Pada saat yang sama, The Fed menaikkan estimasi median inflasi inti AS tahun ini menjadi 2,8% dari semula 2,5%.
Sentimen yang membaik di pasar global mengangkat mata uang Asia pagi ini. Won memimpin penguatan 0,29%, lalu yen 0,27%, peso 0,22%, baht 0,16%, ringgit 0,16%, dolar Taiwan 0,12% juga dolar Singapura 0,02%.
Sementara yuan Tiongkok dan offshore melemah tipis 0,3% dan 0,02%. Rupiah stagnan di level tak jauh dengan posisi penutupan hari Rabu. Sementara rupiah offshore bergerak menguat di Rp16.550/US$ setelah tadi malam ditutup melemah 0,13% di level Rp16.565/US$.
Gerak terbatas rupiah pagi ini terjadi ketika IHSG kembali dibuka menguat di zona hijau. Penguatannya kini mencapai 1,26% di level 6.391.
Di pasar surat utang, tekanan harga terlihat mulai terbatas. Mengacu OTC Bloomberg, yield 2Y sedikit turun ke 6,608%. Sedangkan tenor 10Y yang tadi pagi sempat di 7,104% saat ini turun imbal hasilnya di 7,095%.
Tekanan jual para pemodal global di pasar keuangan Indonesia masih belum terhenti sampai kemarin, membatasi peluang penguatan rupiah.
Meski IHSG berhasil rebound dengan kenaikan lebih dari 1% setelah kejadian 'Black Tuesday', investor asing nyatanya masih melanjutkan aksi jual dengan nilai net sell US$ 55 juta atau sekitar Rp910,64 miliar pada perdagangan Rabu.
Sementara di pasar surat utang, asing memperpanjang periode jual lima hari beruntun. Dua hari awal pekan ini, modal global keluar dari surat utang RI senilai Rp869 miliar.
(rui)