Saat Perry meyakini langkah bank sentral akan dovish pada pertemuan minggu depan, maka hal itu menambah amunisi ‘otot’ obligasi rupiah. Dimana investor asing telah menikmati total imbal hasil atas surat utang Indonesia pada kisaran level 10% di 2023. Angka yang terbaik di Asia untuk negara-negara berkembang, sejauh ini.
Investor akan menaruh perhatian juga pada langkah ‘Operation Twist’ oleh BI, dimana pernah berhenti pada Januari lalu dan hanya mentransaksikan surat utang berdurasi pendek.
“Tidak hanya sinyal bahwa suku bunga akan turun, pengumuman ‘Operation Twist’ jadi penting dalam pertaruhan ini. Pergerakan inflasi Indonesia juga relatif stabil dengan rupiah relatif kuta, dan obligasi pemerintah Indonesia tetap jadi salah satu pilihan dengan yield paling menarik,” kata Vijay-Vikram Kannan, Asia macro strategist dari SocGen yang berbasis di Singapura.
Sepanjang tahun rupiah terus mengalami penguatan pada kisaran 5%. Hal ini membuat banyak pihak memprediksi BI segera akan menurunkan suku bunga, tanpa perlu lagi khawatir bahwa kurs dapat berbalik melemah secara berlebihan.
Pelaku pasar bertaruh BI jadi salah satu bank sentral di Asia yang akan memotong tingkat bunga, usai laju kenaikan bi rate terjadi pada Agustus tahun lalu hingga Januari kemarin dengan total 225 bps. Upaya BI yang hawkish kala itu bertujuan mempertahankan kurs rupiah serta mengendalikan biaya konsumsi.
Sejak saat itu gejolak inflasi relatif mereda, sesuai target BI di 2% hingga 4%. Rupiah juga menjadi salah satu mata uang yang perkasa di antara negara-negara Asia lain.
Sinyal bahwa bank sentral Indonesia menghentikan hawkish-nya, dan di saat bersamaan kenaikan tingkat bunga global mereda, membuat asing kembali memburu surat utang domestik.
Dalam catatan capital inflow pada surat utang rupiah mencapai US$4,1 miliar. Angka ini menjadi yang terbesar kedua di kawasan Asia, berdasarkan data yang dihimpun Bloomberg.
JPMorgan Asset Management bahkan telah menyatakan berharap dapat meningkatkan pembelian aset uang di China, dengan dukungan kurs rupiahyang tetap menguat. Pada bagian lain beberapa pihak memilih obligasi sebagai instrumen teraman demi terhindar dari potensi krisis ekonomi Amerika Serikat (AS) yang dipicu oleh plafon utang.
Namun, ada yang percaya kalau BI belum sepercaya diri itu dalam memangkas suku bunganya. Bank sentral mungkin hanya akan mempertahankan level tingkat bunga yang ada saat ini hingga sisa tahun berakhir, dirangkum dari survei Bloomberg kepada para ekonom. Gubernur Perry pernah menyebut bahwa pihaknya akan bersabar dalam keputusan di masa mendatang.
Pada hasil survei yang dilakukan Bloomberg oleh para analis, mereka percaya obligasi rupiah bertenor 2 tahun akan naik menjadi 5,98% dari posisi sebelumnya 5,79%. Sedangkan Obligasi 10 tahun naik menjadi 6,58% dari 6,36%. Tren pergerakan ini tidak biasa terjadi jika BI melonggarkan kebijakan suku bunganya.
Mohamed Faiz Nagutha dan Kai Wei Ang, dua ekonom dari Bank of America, mengatakan, prospek ekonomi domestik amat kuat hingga sangat sedikit peluang kebutuhan untuk menurunkan tingkat bunga di 2023. Meski demikian, lanjut mereka, bank sentral mungkin akan tetap waspada akan kenaikan harga pangan efek dari El Nino.
“Kami tetap memperkirakan penurunan suku bunga sebesar 100 bps tahun depan karena inflasi mereda dalam jangka panjang dan The Fed AS juga akan menurunkan bunga,” kata mereka.
(bbn)