Julian Luk, James Attwood dan Yvonne Yue Li—Bloomberg News
Bloomberg, Amerika Serikat (AS) akan kehadiran gelombang besar tembaga karena upaya dunia menghadapi potensi tarif yang akan diberlakukan oleh Presiden AS Donald Trump. Sekitar 100.000 dan 150.000 metrik ton tembaga olahan diperkirakan akan tiba di AS dalam beberapa minggu mendatang, menurut empat orang yang disurvei oleh Bloomberg yang memiliki pengetahuan langsung tentang beberapa pengiriman. Jika volume kedatangan tiba di bulan yang sama, maka akan melampaui rekor sepanjang masa sebesar 136.951 ton yang ditetapkan pada Januari 2022.
Para pedagang komoditas termasuk Trafigura Group, Glencore Plc dan Gunvor Group mengalihkan sejumlah besar logam yang diperuntukkan bagi Asia ke AS. Jumlahnya sangat besar sehingga para pedagang memesan ruang pergudangan tambahan di New Orleans dan Baltimore untuk mengakomodasi pengiriman, kata beberapa orang. Ketiga perusahaan tersebut menolak berkomentar.
Lonjakan tembaga dari luar Amerika memiliki konsekuensi yang meluas karena menguras pasokan di pasar-pasar lain termasuk China, negara konsumen terbesar. Harga tembaga di AS berada pada level yang jauh di atas pasar luar negeri lainnya, sehingga memberikan gambaran kepada para produsen Amerika mengenai jenis inflasi biaya dan gangguan rantai pasokan yang dapat dipicu oleh perang dagang.
Trump akhir bulan lalu memerintahkan Departemen Perdagangan AS untuk melakukan penyelidikan terhadap kemungkinan tarif tembaga dengan alasan keamanan nasional, dalam sebuah langkah yang membuat harga tembaga berjangka di New York melonjak di atas tolok ukur harga global lainnya.
Sementara pernyataan Trump sebelumnya tentang pungutan tersebut memicu kekhawatiran tentang apakah para pedagang dapat memasukkan tembaga ke AS sebelum diberlakukan. Penyelidikan perdagangan yang panjang membuka peluang yang lanjutan pengiriman logam tersebut.
Selisih antara harga di bursa komoditas Comex New York dan London Metal Exchange naik di atas US$1.200 per ton pada hari Rabu, mendekati rekor tertinggi yang dicapai pada pertengahan Februari. Ini adalah premi 12%, dan menciptakan insentif yang sangat besar bagi para pedagang dan produsen untuk terus memindahkan tembaga ke AS sebelum tarif diberlakukan. Harga tembaga berjangka Comex juga mendekati rekor tertinggi yang dicapai pada bulan Mei lalu.
Goldman Sachs Group Inc. dan Citigroup Inc. mengantisipasi bahwa AS akan memberlakukan pungutan impor sebesar 25% untuk tembaga pada akhir tahun. Bahkan dengan adanya tarif, pembeli tembaga Amerika tidak memiliki banyak pilihan selain tetap membeli logam impor mengingat negara ini mengkonsumsi dua kali lebih banyak daripada yang diproduksi.

Pembeli Amerika sudah mulai mencari sumber lebih banyak dari negara-negara seperti Chili dan Peru di tengah penumpukan stok tembaga. Beberapa logam dari tambang Meksiko dan Kanada kemungkinan besar akan dialihkan ke Eropa karena tarif Trump ke para mitra dagang utama AS. Produsen Codelco (dikelola pemerintah Chili) - yang sudah menjadi pengirim utama ke AS - sedang berusaha untuk memenuhi permintaan tambahan dari pelanggannya di AS setelah bertemu dengan mereka bulan lalu.
“Semua orang melihat permintaan tembaga sangat kuat dan mereka semua meminta lebih banyak tembaga kepada Codelco,” kata Chairman Maximo Pacheco dalam sebuah wawancara pada tanggal 13 Maret. Hal ini sebagian karena “ada diskusi terbuka tentang apakah tembaga akan memiliki tarif.”
Potensi tarif AS juga dapat memutar kembali dinamika perdagangan tembaga antara Chili dan China, yang sejauh ini merupakan konsumen logam terbesar di dunia. Dalam beberapa bulan terakhir, lebih banyak logam Chili dari biasanya yang menuju ke AS setelah para pembeli terjebak dalam kekurangan pasokan di Comex tahun lalu. Tarif dapat membuat aliran tersebut tetap tinggi.

Hal ini menandai pergeseran bagi China, yang tahun lalu membeli sekitar 4 juta ton logam dan menyumbang sekitar 40% dari tembaga olahan dunia, menurut International Copper Study Group. Setidaknya untuk saat ini, AS mengambil alih posisi China sebagai tujuan penjualan yang lebih disukai oleh para produsen dan pedagang top dunia, sehingga membuat negara Asia ini dirugikan.
Apa yang terjadi menciptakan lingkungan yang menguntungkan bagi para produsen dan pedagang, dengan mengeksploitasi perbedaan harga antara AS dan pasar-pasar lainnya.
“Ada perubahan lagi rantai pasokan yang lebih luas yang berpotensi terjadi,” kata analis Citigroup, Tom Mulqueen, dalam sebuah wawancara.
Pengiriman bulanan ke pelabuhan-pelabuhan di China untuk bulan April dan Mei dapat turun sebanyak sepertiga dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, menurut salah satu pedagang besar di pasar Asia. Permintaan untuk memindahkan tembaga dari gudang London Metal Exchange (LME) di Asia telah melonjak ke level tertinggi sejak Agustus 2017.

Analis Goldman Sachs memperkirakan semua bentuk tembaga yang dikirim ke AS akan dikenakan tarif pada akhir tahun ini, sehingga harga di Comex diperdagangkan dengan premium yang cukup besar dibandingkan dengan patokan lainnya. Tarif dapat menyebabkan China memurnikan lebih sedikit tembaga - sekitar 10.000 hingga 20.000 ton per bulan dalam tiga bulan pertama. Hal ini terjadi di pasar global yang sudah diperkirakan oleh Goldman akan mengalami defisit 180.000 ton tahun ini.
“Kabar baiknya adalah kami melihat permintaan yang sangat kuat dan jelas,” kata Pacheco dari Codelco. “Kami melihat turbulensi dan ketidakpastian ini, tetapi kami sudah sering mengalaminya.”
(bbn)