Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Rupiah melemah terdalam di Asia sepanjang hari ini dan akhirnya ditutup turun 0,61%, terburuk di kawasan, ketika Bank Indonesia memutuskan kembali mempertahankan bunga acuan, BI rate, di level 5,75% untuk bulan kedua berturut-turut.

Di pasar spot, rupiah yang sempat mengikis pelemahan dengan menyentuh level Rp16.513/US$ sebelum pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur BI diumumkan, berbalik melemah setelah taklimat media diakhiri dan akhirnya ditutup di Rp16.525/US$.

Pelemahan rupiah hari ini berjalan seiring dengan penurunan nilai yang juga dialami oleh mata uang Asia lain, di tengah penantian investor akan hasil Federal Open Meeting Committee (FOMC) bank sentral Amerika, Federal Reserve, yang akan diumumkan dini hari nanti.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari ini berhasil bangkit dan ditutup menguat 1,42% di level 6.311, setelah terbenam hingga 7% dalam 'Black Tuesday' sehari sebelumnya.

Sementara di pasar surat utang, tekanan jual meningkat yang menekan harga obligasi negara. Alhasil, tingkat imbal hasil alias yield merangkak naik di hampir semua tenor.

Yield acuan 10 tahun naik 6,7 basis poin menyentuh 7,09%. Begitu juga tenor 5 tahun yang naik 8,2 basis poin, kini di 6,803%. Lalu, tenor 15 tahun mencatat kenaikan imbal hasil 4,2 basis poin di leel 7,105%. 

Sementara tenor pendek 2 tahun hanya naik tipis 1,4 basis poin di 6,613%. Hanya tenor 12 tahun yang membukukan penurunan imbal hasil hari ini sebesar 4,3 basis poin di 6,921%.

Dalam paparannya hari ini, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyatakan keputusan menahan BI rate sejalan dengan fokus bank sentral untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian global yang masih besar.

Keputusan itu juga diambil setelah hari sebelumnya terjadi arus jual besar-besaran di pasar saham, salah satunya karena kekhawatiran pasar akan pelemahan kondisi ekonomi domestik dan ketidakpastian kebijakan pemerintah, termasuk kecemasan akan risiko defisit fiskal yang melebar.

Keputusan BI itu sesuai dengan ekspektasi pasar. "Masih ada ruang untuk memangkas bunga acuan, akan tetapi kondisi global masih belum memungkinkan untuk itu," kata Perry. 

BI akan mencermati pergerakan rupiah ke depan, perkembangan inflasi serta pertumbuhan ekonomi dalam menentukan kebijakan bunga acuan ke depan.

Pasar keuangan domestik terlihat masih rentan meski IHSG sudah kembali bangkit hari ini.

Investor asing terpantau masih melanjutkan penjualan di pasar saham dengan nilai net sell Rp910,6 miliar, setelah kemarin sudah menjual Rp2,5 triliun saham.

Sementara di pasar surat utang, asing mencatat penjualan sebesar Rp869 miliar dalam dua hari perdagangan di awal pekan ini.

(rui)

No more pages