Catarina Saraiva - Bloomberg News
Bloomberg, Para pejabat Federal Reserve (The Fed) mungkin akan menahan suku bunga acuan saat mereka bertemu pada Rabu (19/3/2025) waktu setempat. Sehingga, mereka punya waktu untuk menilai bagaimana kebijakan Presiden Donald Trump berdampak pada ekonomi yang menghadapi tekanan inflasi berkepanjangan dan meningkatnya kekhawatiran akan pertumbuhan.
Tarif baru dari Trump, yang disandingkan dengan pembalasan dari mitra dagang AS, sudah merusak sentimen konsumen dan mendorong ekspektasi warga AS pada inflasi di masa mendatang. Beberapa pungutan ditunda tak lama setelah diumumkan, sehingga tidak jelas bagaimana perang dagang pada akhirnya akan memengaruhi ekonomi.
Ketidakpastian ini mungkin akan membuat para pembuat kebijakan memilih mode wait-and-see, enggan mengikatkan diri mereka pada jalur kebijakan tertentu.

"Saya pikir akan ada penyebaran yang cukup luas pada jalur penurunan suku bunga karena ketidakpastian," kata Diane Swonk, kepala ekonom di KPMG.
Keputusan suku bunga The Fed, bersama dengan prakiraan ekonomi kuartalan terbaru dari para pejabat, akan dirilis pada pukul 14.00 waktu Washington, Rabu (19/3/2025). Gubernur Jerome Powell akan mengadakan konferensi pers usai pertemuan 30 menit kemudian.
Pernyataan
Para pejabat diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 4,25%-4,5%. Namun, para pengamat The Fed mengatakan pernyataan pasca-pertemuan bisa saja sedikit berubah karena data terbaru menunjukkan adanyaa aktivitas yang lebih lambat.
Para ekonom mengatakan, penyebutan prospek yang tidak pasti dan risiko yang seimbang pada mandat tenaga kerja dan inflasi mungkin tidak akan berubah. Namun, para pembuat kebijakan mungkin akan membatalkan deskripsi mereka tentang "laju yang solid" dari pertumbuhan ekonomi.
Proyeksi Terbaru
Gambaran ekonomi sudah berkembang sejak para pejabat terakhir kali menyampaikan proyeksinya untuk suku bunga pada Desember. Ancaman tarif telah meningkat, data-data baru — termasuk memburuknya sentimen konsumen — memicu kekhawatiran mengenai prospek pertumbuhan, dan harga saham merosot tajam dalam beberapa minggu terakhir.
Swonk menyebut, lebih banyak pembuat kebijakan bisa memberi sinyal preferensi untuk menahan suku bunga, sebuah "hasil yang wajar" mengingat adanya ketidakpastian dari kebijakan Trump, terutama seputar perdagangan. "Apakah kita mengalami perang dagang yang sangat buruk, sehingga menyebabkan resesi yang jauh lebih dalam? Kita tidak tahu."
Menurut estimasi median, dalam Ringkasan Proyeksi Ekonomi Desember, para pejabat The Fed mengisyaratkan dua kali pemotongan suku bunga untuk tahun ini. Para ekonom umumnya memperkirakan bank sentral akan terus memberi sinyal dua penurunan untuk tahun 2025 yang disebut "dot plot" pekan ini.

Tak sedikit pengamat The Fed memperkirakan proyeksi yang diperbarui akan menunjukkan bahwa para pejabat menurunkan estimasi mereka untuk pertumbuhan tahun ini dan menaikkan proyeksi untuk indikator utama inflasi, dibandingkan dengan Desember. Beberapa juga memperkirakan para pejabat akan menaikkan proyeksi pengangguran.
"Yang akan tercermin dalam perkiraan itu adalah skenario stagflasi. Pertanyaannya, seberapa besar 'stagflasi' dan seberapa besar 'inflasi'," kata Guneet Dhingra, kepala strategi suku bunga AS di BNP Paribas. "Saya khawatir The Fed sekali lagi akan tampak lebih fokus pada inflasi, atau setidaknya lebih dari pasar, dan itu berpeluang besar mengejutkan para investor."
"SEP bisa melihat lebih banyak pejabat mengantisipasi lebih sedikit pemotongan suku bunga tahun ini: kami melihat ada peluang antara satu atau dua pemangkasan 25 basis poin. Meski begitu, Gubernur Jerome Powell akan mencoba untuk tetap bersikap apolitis pada konferensi pers, mengatakan perkiraan FOMC akan menggabungkan seluruh kebijakan Trump. Kami melihat The Fed berisiko akan terlambat memangkas bunga acuan jika terjadi penurunan," kata ekonom Bloomberg, Anna Wong, Stuart Paul, Eliza Winger, Estelle Ou dan Chris Collins.
The Fed secara tradisional mungkin merespons perlambatan pertumbuhan dengan memangkas suku bunga guna menopang perekonomian. Namun, inflasi yang masih di atas target 2% bank sentral, beberapa ekonom bertanya-tanya apakah para pembuat kebijakan akan tetap menahan suku bunga tetap tinggi, meski ekonomi melemah, untuk terus mendinginkan pertumbuhan harga.
"Pasar memperkirakan penurunan suku bunga lebih cepat dan lebih banyak karena mereka khawatir akan implikasi pertumbuhan," kata Kathy Bostjancic, kepala ekonom di Nationwide. "Mungkin saja, tetapi saya rasa The Fed sama sekali belum siap untuk mulai memberi sinyal tersebut."
Konferensi Pers
Konferensi pers Powell akan menjadi fokus utama bagi para investor, yang mencari kepastian bahwa The Fed akan siap mendukung perekonomian jika diperlukan.
Gubernur The Fed berulang kali menekankan tidak perlu "terburu-buru" menurunkan suku bunga, pada saat ekonomi tetap "dalam kondisi baik." Dia mungkin akan menegaskan bahwa kebijakan moneter dalam posisi baik, sehingga para pembuat kebijakan bisa menunggu sinyal yang lebih jelas tentang melemahnya pasar kerja atau meningkatnya inflasi.
Powell mungkin akan diminta untuk mengklarifikasi apakah ia dan rekan-rekannya memandang tarif sebagai pendorong inflasi yang terjadi sekali saja atau terus-menerus. Ia juga mungkin akan menjawab pertanyaan tentang penurunan imbal hasil obligasi dan harga saham, yang mengalami koreksi saat Indeks S&P 500 anjlok 10%.
Para analis juga akan mencermati penilaiannya tentang memburuknya sentimen konsumen dan meningkatnya ekspektasi inflasi. Indikator ekspektasi harga jangka panjang yang diawasi ketat naik pada Maret untuk bulan ketiga, ke level tertinggi dalam lebih dari tiga dekade terakhir. Sejauh ini, para bankir sentral mengatakan perkiraan inflasi jangka panjang tetap terjaga dengan baik.
Neraca Keuangan
The Fed bisa segera memperlambat laju pelepasan aset-aset yang jatuh tempo dari neraca keuangannya — proses yang dikenal sebagai pengetatan kuantitatif — atau menghentikannya sama sekali di tengah kekhawatiran bahwa ketidakpastian plafon utang bisa menyebabkan ketegangan di pasar Treasury.
Sejumlah ekonom dan analis memperkirakan akan ada pengumuman mengenai perubahan kebijakan neraca keuangan dalam beberapa bulan ke depan, mungkin paling cepat pekan ini.
(bbn)