Bloomberg Technoz, Jakarta - Yann LeCun, salah satu eksekutif di bidang kecerdasan buatan (AI) di Meta, menyatakan bahwa teknologi ini memiliki potensi untuk menggantikan manusia. Namun, ia mempertanyakan apakah manusia akan membiarkan hal itu terjadi. Pernyataan tersebut disampaikannya pada konferensi GTC Nvidia, Selasa (18/3/2025) lalu.
LeCun menanggapi komentar kepala ilmuwan Nvidia, Bill Dally, yang menyatakan bahwa AI tidak menggantikan manusia, melainkan memberikan mereka alat yang lebih canggih.
"Ya, mungkin suatu saat nanti, tetapi saya rasa orang-orang tidak akan setuju dengan ini," ujar LeCun, mengutip dari Bussiness Insider, Rabu (19/3/2025).
"Pada dasarnya, hubungan kita dengan sistem AI di masa depan, termasuk kecerdasan super, adalah bahwa kita tetap menjadi pengendali. Kita akan memiliki asisten yang sangat cerdas dan kompeten yang bekerja untuk kita. Saya pribadi senang bekerja dengan orang-orang yang lebih pintar dari saya—itu adalah hal terbaik di dunia."
Para pemimpin industri AI seperti Sam Altman (OpenAI) dan Elon Musk (xAI) kerap mengangkat kemungkinan munculnya kecerdasan super—AI yang lebih pintar dari manusia—sebagai titik balik besar bagi peradaban.
Mereka berpendapat bahwa inovasi ilmiah akan berkembang pesat, tetapi di sisi lain, ada potensi risiko eksistensial bagi umat manusia. Namun, LeCun menolak narasi skenario bencana akibat AI.
Dalam sebuah unggahan di platform X pada 2024, ia menyebut gagasan bahwa kecerdasan super akan mengambil alih manusia sebagai "klise fiksi ilmiah" dan "skenario konyol yang bertentangan dengan semua yang kita ketahui tentang dunia."
"Kemunculan kecerdasan super tidak akan terjadi secara tiba-tiba," tulisnya. "Saat ini, kita bahkan belum memiliki cetak biru untuk membangun sistem kecerdasan super. Mungkin suatu hari nanti, kita akan menemukan arsitektur yang membawa kita ke sana."

LeCun dan juru bicara Meta tidak memberikan tanggapan atas permintaan komentar lebih lanjut.
Dalam sesi konferensi Nvidia, kepala ilmuwan AI menekankan bahwa ada risiko penyalahgunaan AI dan ketidakandalan teknologi tersebut saat ini. Namun menurutnya solusi terbaik bukanlah ketakutan berlebihan, melainkan terus mengembangkan "AI yang lebih baik."
"Solusi untuk masalah ini adalah AI yang lebih canggih—sistem yang memiliki akal sehat, kemampuan bernalar, serta kemampuan untuk memverifikasi kebenaran jawaban mereka sendiri," ujarnya. "Namun, secara pribadi, saya tidak percaya pada skenario bencana yang banyak dibicarakan."
(prc/wep)