Secara teknikal, rupiah sudah menjebol dua level support terdekatnya. Bila tekanan masih terus membesar, rupiah memiliki level support terkuat di Rp16.550/US$.
Bila level tersebut juga tertembus, rupiah bisa makin terperosok menuju Rp16.600/US$. Apabila level psikologis itu jebol juga, rupiah besar peluang bagi rupiah makin tenggelam di kisaran hingga Rp16.700-Rp16.800/US$. Itu akan menjadi level terburuk setidaknya sejak era krisis moneter 1998 silam.
Sentimen di pasar sejauh ini terlihat sedikit lebih baik ditandai dengan hijaunya indeks setelah 'terbantai' pada perdagangan Selasa. Namun, fluktuasinya masih cukup tajam.
Di pasar surat utang, pergerakan harga Surat Berharga Negara (SBN) mayoritas naik di semua tenor. Mengacu data OTC Bloomberg, yield 5Y naik 2,5 basis poin menyentuh 6,746%. Sementara tenor 10Y juga naik 2,5 basis poin kini di 7,055%.
Yield tenor 16Y tercatat naik 2,9 basis poin kini di 7,134%. Sedangkan tenor pendek 1Y naik 1,1 basis poin di 6,480%.
Investor asing terindiaksi keluar beramai-ramai dari pasar keuangan Indonesia baik di saham maupun surat utang dalam dua hari perdagangan pekan ini.
Mengacu data Kementerian Keuangan yang dikutip hari ini, Rabu (19/3/2025), asing tercatat menjual sekitar Rp471 miliar SBN pada perdagangan hari Senin lalu, sehari sebelum 'Black Tuesday' pecah di bursa saham domestik hingga IHSG terperosok lebih dari 7% pada perdagangan intraday.
Nilai penjualan SBN oleh asing itu menjadi posisi penjualan beruntun selama empat hari berturut-turut.
Kini, kepemilikan asing di SBN menjadi Rp893,69 miliar, sudah berkurang Rp6,69 triliun dari puncaknya pada 11 Maret lalu ketika ownership asing di obligasi negara mencapai Rp900,38 triliun, tertinggi sejak 18 Februari 2022.
Sementara di pasar saham, investor asing melanjutkan penjualan hari keempat senilai Rp2,5 triliun pada Rabu kemarin. Bila ditotal, dalam pekan ini saja, asing sudah keluar dari bursa saham domestik senilai Rp3,35 triliun.
(rui)