Jka rata-rata keluarga membawa uang sebesar Rp3,75 juta - naik 10% dari tahun lalu - maka potensi perputaran uang diprediksi sebesar Rp137,97 triliun.
Sarman mengatakan jumlah ini masih berpotensi naik. Sebab, pihaknya menghitung menggunakan angka rata-rata per keluarga yang moderat.
Jika rata-rata per keluarga membawa uang Rp4 juta, maka potensi perputaran bisa mencapai Rp145,04 triliun. Sehingga, Sarman mengatakan potensi perputaran berada dalam kisaran Rp137 triliun hingga Rp145 triliun.
Menurut Sarman, ada empat faktor yang menyebabkan terjadinya penurunan perputaran uang pada Idulfitri 2025.
Pertama, jarak libur Natal dan Tahun Baru dan Idulfitri yang sangat berdekatan. Sehingga masyarakat yang sempat berlibur selama Nataru diproyeksikan tidak lagi merencanakan liburan atau pulang kampung saat libur Idulfitri 2025.
Kedua, masyarakat cenderung berhemat dengan kondisi ekonomi saat ini, mengingat dalam beberapa bulan ke depan akan memasuki tahun ajaran baru yang memerlukan biaya masuk sekolah.
Ketiga, maraknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Keempat, penurunan daya beli masyarakat serta faktor cuaca juga memengaruhi niat masyarakat untuk pulang kampung.
"Bank Indonesia telah menyiapkan uang layak edar [ULE] sebesar Rp180,9 triliun untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pada Ramadan dan Idulfitri 2025, tetapi diprediksi uang layak edar tersebut tidak akan terserap sepenuhnya," ujarnya.
Menurut Sarman, perputaran uang ini akan menyebar sekitar 60% di Jawa sebagai tujuan utama mudik setiap tahun seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Yogyakarta, Banten sekitar Jabodetabek. Sisanya atau 40% akan menyebar wilayah Sumatra, Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi, Nusa Tenggara Timur, Maluku dan Papua.
Selain itu, berbagai sektor usaha akan menikmati perputaran uang selama liburan Idulfitri 2025 seperti industri aneka makanan dan minuman, mode (fashion), baju muslim, ritel, pedagang sembako dan sektor pariwisata beserta turunannya seperti hotel, motel, villa, restoran, kafe, mini market, aneka warung/toko, destinasi wisata/taman hiburan, UMKM makanan khas daerah, suvenir, batik, kain khas daerah dan aneka produk unggulan lainnya.
"Juga sektor transportasi darat [bus, rental, kereta api, mobil pribadi dan motor], transportasi laut [kapal penumpang dan penyeberangan], transportasi udara [pesawat], pengelola tol dan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum [SPBU]," ujarnya.
Sarman mengatakan perputaran uang di berbagai daerah tujuan mudik akan menggairahkan dan meningkatkan produktivitas perekonomian lokal, yang akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi daerah dan otomatis berkontribusi terhadap pertumbunan ekonomi nasional.
(lav)