Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Setelah runtuhnya FTX, industri kripto mengalami pukulan besar. Banyak perusahaan bangkrut, modal kabur, dan regulasi semakin ketat. Namun, dengan terpilihnya Trump kembali, ada tanda-tanda pelonggaran regulasi. Partai Republik telah mengusulkan regulasi stablecoin, tetapi cakupannya masih terbatas, dan belum jelas lembaga mana yang akan mengawasi kripto secara keseluruhan.  

Dalam podcast The Big Take Bloomberg, Senin (18/3/2025) disebut bahwa para pelaku industri di konferensi International Futures Industry Conference atau FIA 2025 di Boca Raton, Florida, Amerika Serikat (AS) mencoba mencari tahu arah regulasi yang akan datang. 

Banyak yang percaya bahwa lingkungan regulasi akan lebih ramah, tetapi mereka tetap waspada karena masih ada banyak ketidakpastian. 

Terry Duffy CEO CME—perusahaan jasa keuangan AS yang berkantor pusat di Chicago—menyoroti ketidakjelasan regulasi bisa menjadi hambatan besar bagi pertumbuhan industri. Meski begitu, dia menyebut jika CME sendiri telah beradaptasi dengan memperkenalkan produk derivatif kripto seperti Bitcoin, Ether, dan Solana.  

"Saya pikir yang paling penting saat kita memasuki pemerintahan baru Presiden Trump dan kabinetnya adalah melihat bagaimana perasaan mereka tentang proses regulasi ini," kata Duffy dalam wawancara bersama Katherine Doherty Bloomberg News. 

"Karena salah satu hal yang tidak saya tahan adalah ketika regulator tidak yakin apakah itu harus disetujui atau tidak, jadi mereka tidak melakukan apa-apa dan kemudian 'kuda kabur dari kandang'. Kemudian mereka harus mengembalikan kudanya ke kandang," jelasnya. 

Trump di konferensi Bitcoin. (Dok: Bloomberg)

Di sisi lain, terdapat perubahan yang mencolok dalam sikap industri keuangan terhadap aset kripto. Jika dulu pengusaha kripto tampil santai dengan kaos dan hoodie, kini mereka mengenakan jas dan mulai diterima oleh pemain lama di Wall Street. 

CEO Digital Asset Yuval Rooz mengatakan di bawah pemerintahan Trump, ada lebih banyak minat dari perusahaan untuk bereksperimen dengan blockchain tanpa takut ketidakpastian regulasi, di mana terdapat dua pendekatan utama terhadap masa depan kripto:  

  1. Perdagangan Kripto - Dengan adanya ETF dan opsi kripto, aset digital semakin masuk ke ranah keuangan institusional. 
  2. Teknologi Blockchain - Banyak bank dan bursa mulai melihat blockchain sebagai alat efisiensi tanpa harus terlibat langsung dalam perdagangan aset digital.  

"Banyak yang langsung mengaitkan blockchain dengan kripto atau aset digital, tetapi menurut para pemimpin bank dan bursa yang saya temui, teknologi ini lebih banyak dilihat sebagai alat untuk meningkatkan efisiensi, bukan sekadar instrumen perdagangan asetm," ucap Doherty

"Kedua bidang ini—perdagangan kripto dan penerapan blockchain—sedang dieksplorasi lebih lanjut, dan keduanya kemungkinan akan terus berkembang."

Kapitalisasi Pasar Bitcoin Rp26.148 T, Drop Efek Harga Anjlok (Bloomberg Technoz/Asfahan)

Saksikan video Bloomberg Technoz Podcast - TechnoZone yang bertajuk “Timothy Ronald & Oscar Darmawan: AS Serok Bitcoin, RI Kebingungan” di Bloombergtechnoz.com bersama Host Pandu Sastrowardoyo, Co-Host Whery Enggo Prayogi dan Narasumber Timothy Ronald, Crypto Key Opinion Leader, serta Oscar Darmawan, Chief Executive Officer Indodax.


-Dengan asistensi David Gura dan Alex Tighe.

(prc/wep)

No more pages