Bloomberg Technoz, Jakarta - Investor asing keluar beramai-ramai dari pasar keuangan Indonesia. Bukan hanya saham yang dilepas, para pemodal nonresiden terindikasi menjual kepemilikan Surat Berharga Negara (SBN) pada awal pekan ini.
Mengacu data Kementerian Keuangan yang dikutip hari ini, Rabu (19/3/2025), asing tercatat menjual sekitar Rp471 miliar SBN pada perdagangan hari Senin lalu, sehari sebelum 'Black Tuesday' pecah di bursa saham domestik hingga IHSG terperosok lebih dari 7% pada perdagangan intraday.
Nilai penjualan SBN oleh asing itu menjadi posisi penjualan beruntun selama empat hari berturut-turut. Kini, kepemilikan asing di SBN menjadi Rp893,69 miliar, sudah berkurang Rp6,69 triliun dari puncaknya pada 11 Maret lalu ketika ownership asing di obligasi negara mencapai Rp900,38 triliun, tertinggi sejak 18 Februari 2022.
Data yang dirilis Kementerian Keuangan tersebut juga mengoreksi rilis data sebelumnya di mana posisi asing di SBN tercatat anjlok hingga Rp17,7 triliun pada 17 Maret.
Sementara di pasar saham, investor asing melanjutkan penjualan hari keempat senilai Rp2,5 triliun pada Rabu kemarin. Bila ditotal, dalam pekan ini saja, asing sudah keluar dari bursa saham domestik senilai Rp3,35 triliun.
Alhasil, dalam dua hari perdagangan pekan ini saja, dana asing yang keluar dari pasar domestik di saham dan surat utang, mencapai Rp3,82 triliun.
Adapun posisi asing di instrumen moneter, Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), belum bisa dilacak perkembangan terakhirnya. Bank Indonesia terakhir melaporkan, posisi asing di SRBI masih net buy sebesar Rp6,55 triliun year-to-date hingga data setelmen 13 Maret lalu.
Lelang SUN lesu
Dalam taklimat media pengumuman hasil lelang Surat Utang Negara, Selasa sore, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, lelang yang berlangsung cukup baik menurutnya, adalah tanda bahwa "investor merasa nyaman dan percaya diri dengan pengelolaan anggaran negara."
"Pemerintah tidak perlu memberikan premi tinggi pada investor dan menunjukkan bahwa investor nyaman serta yakin dengan pembiayaan kita," kata Sri Mulyani.
Nyatanya, lelang SUN yang digelar di tengah kejatuhan IHSG mencatat penurunan minat dari pelaku pasar.
Nilai penawaran masuk dari investor, incoming bids, turun 18,5% dibanding lelang SUN sebelumnya, yaitu hanya sebesar Rp61,7 triliun.
Minat yang melemah dalam lelang SUN hari ini membuat Kementerian Keuangan akhirnya hanya memenangkan sejumlah Rp28 triliun, lebih kecil dibanding lelang SUN sebelumnya di mana nilai penerbitan mencapai Rp30 triliun. Namun, penjualan SUN di pasar primer hari ini lebih tinggi dibanding target indikatif yang sebesar Rp26 triliun.
Mengomentari bursa saham yang anjlok kemarin di kala regional bergerak di zona hijau, menteri veteran yang berdinas sejak era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu mengatakan, pemerintah akan memantau perkembangan global dan domestik secara seksama.
Hari ini, pelaku pasar menunggu pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia. Selain itu pasar juga akan menanti taklimat media para pejabat menyoal kondisi sektor keuangan pasca 'Black Tuesday' kemarin.
Konsensus pasar memperkirakan BI rate masih akan ditahan di 5,75%. Namun, 11 analis dari 38 yang dikumpulkan oleh Bloomberg, memperkirakan BI mungkin akan memangkas bunga acuan sebesar 25 basis poin.
Pandangan serta asesmen dari Dewan Gubernur terhadap perekonomian domestik serta global akan memberikan arah tentang prospek ke depan yang akan penting menjad pegangan bagi para pelaku pasar.
Sementara dalam lingkup global, pasar akan mencermati pengumuman hasil pertemuan Komite The Fed (FOMC) yang akan dihelat pada Rabu siang waktu Washington. Pernyataan dari Jerome Powell, Gubernur The Fed, akan ditunggu.
Meski sejauh ini konsensus pasar bulat memperkirakan Fed fund rate masih akan ditahan, dot plot kuartalan akan sangat ditunggu karena akan memberi wawasan lebih luas pada pasar akan prospek ke depan.
Para traders akan fokus pada konferensi pers Powell dan aksinya yang sulit antara mengomunikasikan pandangan bank sentral saat ini tentang ekonomi dan mempertimbangkan potensi dampak kebijakan perdagangan AS di bawah Presiden Donald Trump.
(rui)