Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Rupiah kemungkinan akan menghadapi hari yang berat di tengah perkembangan lanskap pasar global dan domestik yang cenderung memburuk, jelang keputusan bunga acuan Bank Indonesia dan Federal Reserve hari ini.

Para pemodal asing di pasar keuangan domestik ramai-ramai keluar dari surat utang negara juga dari saham. Total nilai penjualan dalam pekan ini oleh investor asing dari SUN serta saham mencapai Rp3,82 triliun.

Indeks dolar Amerika Serikat (AS) memang masih stabil bergerak di kisaran 103,32. Namun, di pasar offshore kemarin, rupiah forward ditutup melemah tajam hingga hampir 1% di level Rp16.544/US$. Anjloknya rupiah NonDeliverable Forward (NDF) memberi sinyal tekanan serupa akan terjadi di pasar spot di mana rupiah kemarin ditutup di level Rp16.425/US$.

Sentimen risk-off kembali melanda pasar global setelah kemarin sebenarnya bergerak hijau di Asia. Namun, kejatuhan lagi indeks saham di Wall Street tadi malam di mana S&P 500 ditutup turun lebih dari 1%, bersama Nasdaq dengan penurunan hampir 2%, akan membuat para investor di Asia hari ini akan lebih waspada.

Pada pembukaan pasar Asia pagi ini, bursa saham di Korsel dibuka melemah, disusul oleh pelemahan sebagian besar mata uang Asia. Baht tergerus, bersama yen, yuan offshore serta won Korsel dan dolar Singapura. Hanya ringgit yang berada di zona hijau pagi ini.

Para pemilik pasar akan cenderung waspada menunggu hasil pertemuan Komite The Fed (FOMC) dan pernyataan dari Jerome Powell, Gubernur The Fed, dalam taklimat pada Rabu siang waktu Washington.

Meski sejauh ini konsensus pasar bulat memperkirakan Fed fund rate masih akan ditahan, dot plot kuartalan akan sangat ditunggu karena akan memberi wawasan lebih luas pada pasar akan prospek ke depan.

Para traders akan fokus pada konferensi pers Powell dan aksinya yang sulit antara mengomunikasikan pandangan bank sentral saat ini tentang ekonomi dan mempertimbangkan potensi dampak kebijakan perdagangan AS di bawah Presiden Donald Trump.

Asing keluar dari saham dan obligasi

Dari dalam negeri, investor masih dibayangi oleh kejadian 'Black Tuesday' kemarin ketika IHSG ambles lebih dari 7% dalam intraday trading hingga memicu penghentian perdagangan di tengah tren regional yang hijau. Investor asing membukukan net sell senilai Rp2,5 triliun ketika IHSG akhirnya ditutup melemah lebih dari 3%.

Sehari sebelum kejatuhan IHSG, investor asing melepas sekitar Rp471 miliar kepemilikan di Surat Berharga Negara sehari sebelumnya.

Kini, kepemilikan asing di SBN menjadi Rp893,69 miliar, sudah berkurang Rp6,69 triliun dari puncaknya pada 11 Maret lalu ketika ownership asing mencapai Rp900,38 triliun, tertinggi sejak 18 Februari 2022.

Data yang dirilis Kementerian Keuangan tersebut juga mengoreksi rilis data sebelumnya di mana posisi asing di SBN tercatat anjlok hingga Rp17,7 triliun pada 17 Maret.

Tekanan kemarin juga melanda pasar surat utang ditandai dengan kenaikan imbal hasil terutama untuk tenor lebih panjang. Namun, data transaksi pada hari Selasa belum dilansir oleh Kementerian Keuangan.

Walau sejumlah penggawa sektor ekonomi telah merilis pernyataan yang mengatakan fundamental perekonomian RI masih kuat, ditambah penegasan bahwa posisi kunci keuangan di Kabinet Merah Putih tidak akan berubah, kepercayaan pasar belum tentu bisa kembali pulih segera.

Hari ini, selain menunggu pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia, pasar juga akan menanti taklimat media para pejabat sektor keuangan dan bursa.

Konsensus pasar memperkirakan BI rate masih akan ditahan di 5,75%. Namun, 11 analis dari 38 yang dikumpulkan oleh Bloomberg, memperkirakan BI mungkin akan memangkas bunga acuan sebesar 25 basis poin.

Pandangan serta asesmen dari Dewan Gubernur terhadap perekonomian domestik serta global akan memberikan arah tentang prospek ke depan yang akan penting menjad pegangan bagi para pelaku pasar.

Bila tekanan penjualan masih berlanjut masif baik di saham maupun surat utang, nilai rupiah bisa dengan mudah terperosok menuju level psikologis terlemah yang pernah pecah bulan lalu di Rp16.580/US$, yang merupakan level penutupan terlemah sejak 1998. 

-- koreksi pada nilai jual asing di SBN dan total di pasar keuangan.

(rui)

No more pages