Logo Bloomberg Technoz

Esha Dey - Bloomberg News

Bloomberg, Saham Tesla Inc telah berubah dari perdagangan terpanas di Wall Street menjadi yang paling dibenci dalam hitungan bulan. Memperburuk kesengsaraan saham pekan ini, saingan dari China sudah mengalahkan perusahaan ini dalam hal yang seharusnya menjadi keahlian Elon Musk: inovasi kendaraan listrik.

Harga saham Tesla anjlok 5,3% pada Selasa (18/3/2025) waktu setempat, pada saat yang sama saham BYD Co melesat ke level tertinggi sepanjang masa setelah meluncurkan mobil listrik yang bisa diisi ulang secepat pengisian bahan bakar kendaraan konvensional.

Ini merupakan pukulan terbaru bagi Tesla, di mana valuasi yang sangat tinggi disematkan pada kemampuan perusahaan untuk terus berinovasi dan tetap unggul dari para pesaingnya.

Sentimen sudah memburuk selama sebulan terakhir karena laporan bahwa penjualan mobil listriknya sudah tergelincir di pasar-pasar utama. Meningkatnya popularitas politik Musk — yang akhir tahun lalu secara luas diprediksi akan memberikan dorongan bagi bisnis Tesla — malah menjadi masalah bagi sahamnya.

Saham Tesla anjlok tahun ini, saham BYD justru melonjak. (Bloomberg)

"Tampaknya Tesla kehilangan keunggulan kompetitifnya pada kompetensi intinya karena banyak perusahaan sejenis dengan cepat merambah ruang mereka," kata David Wagner, manajer portofolio di Aptus Capital Advisors.

Harga saham Tesla saat ini merupakan yang berkinerja paling buruk di Indeks S&P 500 untuk tahun ini, turun lebih dari 44% sejak akhir Desember 2024. Kemajuan pesat BYD semakin menambah kekhawatiran para investor.

"Kecemasan akan jangkauan dan waktu pengisian daya yang lama merupakan salah satu rintangan utama untuk pembelian kendaraan listrik," kata Thomas Thornton, pendiri Hedge Fund Telemetry.

"Setiap kali perusahaan memecahkan masalah sebesar ini untuk industri kendaraan listrik, hal ini akan menjadi pengubah permainan [game changer]."

Penjualan Lambat

Lantaran penjualan di seluruh dunia — termasuk di China, Eropa, dan Australia — yang menurun, beberapa analis sudah memangkas target harga mereka karena mereka menurunkan estimasi pendapatan, pengiriman, dan laba perusahaan.

Pekan ini saja, setidaknya dua analis menurunkan ekspektasi mereka. Tom Narayan dari RBC Capital Markets memangkas target harganya menjadi US$320 dari US$440 di tengah ekspektasi; harga perangkat lunak Full Self Driving milik Tesla akan lebih rendah dari yang diperkirakan sebelumnya.

Ia juga memperkirakan perusahaan akan menguasai pangsa pasar yang lebih kecil di China dan Eropa daripada yang diperkirakan sebelumnya. Namun, Narayan mempertahankan peringkat setara beli untuk saham tersebut.

Sementara itu, popularitas Musk yang memudar — bahkan di antara para penggemar fanatiknya — tidak membantu. Bagi sebagian orang di Wall Street, kesediaan Musk untuk melibatkan diri dalam kontroversi politik, baik di AS maupun di Eropa telah merugikan merek ini, dan juga menimbulkan kekhawatiran bahwa fokusnya telah bergeser dari menjalankan perusahaan mobil.

Analis Oppenheimer, Colin Rusch, yang menilai kinerja pasar saham, menyampaikan pernyataan hati-hati. Dia mengatakan bahwa para investor kini sepenuhnya menyadari reaksi konsumen terhadap aktivitas politik Musk dan ekspektasi penjualan untuk tahun 2025 akan menurun.

Analis tersebut mengatakan tahap selanjutnya dari pertumbuhan perusahaan akan bergantung pada apakah perusahaan bisa mengganti sebagian basis konsumennya, di mana ada pembeli yang lebih konservatif, sembari terus mengupayakan tujuan utama kendaraan swakemudi dan kecerdasan buatannya.

Namun, "data-data pada kedua variabel tersebut beragam dan kami mempertahankan bias negatif kami dalam waktu dekat," tambah analis tersebut.

(bbn)

No more pages