Bloomberg Technoz, Jakarta – Center of Reform on Economics (Core) Indonesia menyatakan pengguna bahan bakar minyak (BBM) bersedia membeli bensin standar Euro 4 seharga Rp11.938/liter, sedangkan solar Rp8.739/liter.
Temuan tersebut didapatkan dari hasil survei Core terhadap 400 responden dengan mayoritas usia di rentang 36—45 tahun. Sementara itu, karakter transportasi sebagian besar yang disurvei adalah menggunakan sepeda motor dan mobil.
Jenis bensin yang digunakan responden mayoritas adalah dengan angka oktan atau research octane number (RON) 90 setara Pertalite dan RON 92 setara Pertamax.
“Artinya, meskipun memiliki kekhawatiran terkait dengan finansial, responden masih memiliki kesediaan membayar atau willingness to pay yang positif terhadap BBM berstandar Euro 4,” kata Direktur Riset Bidang Makroekonomi, Kebijakan Fiskal dan Moneter Core Indonesia Akhmad Akbar Susamto dalam diskusi Implementasi Kebijakan BBM Euro 4-6: Siapkah kita?, Selasa (18/3/2025).

Akbar mengungkapkan sebagian besar responden memahami manfaat BBM Euro 4 terhadap lingkungan dan kesehatan. Namun, hanya 19% yang mengutamakan faktor lingkungan dalam keputusan pembelian BBM.
Terlalu Mahal
Mayoritas responden disebut masih mempertimbangkan harga sebagai faktor utama. Harga BBM Euro 4 dinilai masih terlalu tinggi apabila dibandingkan dengan daya beli masyarakat.
"Maksudnya, mahal. Ekonomi masih sulit dan belum stabil, itu jawaban paling banyak. Poin pentingnya dari ini adalah kekhawatiran finansial," ujarnya.
Akbar juga memaparkan dampak dari implementasi BBM Euro 4 yakni salah satunya akan memperlambat pertumbuhan ekonomi hingga 2040.
Perlambatan pertumbuhan ekonomi tersebut disebabkan oleh penurunan pertumbuhan konsumsi rumah tangga karena tekanan inflasi, mengingat harga BBM Euro 4 yang lebih tinggi.
"Dampaknya itu [implementasi BBM Euro 4] terhadap pertumbuhan ekonomi memang negatif, maksudnya mengurangi pertumbuhan ekonomi, tetapi makin kecil seiring dengan waktu," tutur Akbar.
Selaras dengan dampak itu, mayoritas responden memiliki preferensi agar kebijakan BBM Euro 4 diimplementasikan secara bertahap. Selain itu, implementasi BBM Euro 4 juga membutuhkan skema subsidi BBM yang baru.
"Perlunya skema subsidi BBM yang tidak memengaruhi fiskal," imbuhnya.
Implementasi Bertahap
Sekadar catatan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan implementasi standar emisi Euro 4 terhadap seluruh BBM yang beredar di Indonesia dilakukan bertahap.
Realisasi BBM solar rendah sulfur 50 parts per million (ppm) untuk wilayah Jakarta ditargetkan mencapai 100% pada 2025, sementara secara total di tingkat nasional berada di angka 32,9%.
Pada 2026, wilayah lain seperti Sulawesi Barat juga ditargetkan mencapai 100%; Maluku 100%; Papua 100%; dan Papua Barat 100%. Sementara itu, total nasional pada tahun tersebut diharapkan meningkat menjadi 44,3%.
Adapun, peredaran solar atau diesel Euro 4 pada 2027 diproyeksikan mencapai 70,6% untuk tingkat nasional, sebelum akhirnya mencapai 100% pada 2028.
Untuk bensin, standar Euro 4 ditargetkan mencapai 62,1% di tingkat nasional pada 2025, lalu naik menjadi 78,8% pada 2027, dan mencapai 100% pada 2028.
Rencana pemerintah menerapkan standar Euro 4 untuk seluruh BBM pada 2028 sebelumnya dinilai berisiko mengerek harga bensin dan solar di Indonesia setidaknya Rp500/liter.
Analis Senior III Perencanaan Strategis RDMP PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Yesay Setiawan mengatakan, dengan menerapkan klasifikasi kontaminan 50 ppm, harga BBM diperkirakan naik berbanding lurus dengan beban investasi kilang untuk memproduksi bensin dan solar standar Euro 4.
“Kalau harga energi hidrogen di kilang pakai hidrogenasi. Makin rendah [di bawah 10 ppm], makin susah di biaya produksi dan ada biaya investasi juga,” ujarnya dalam diskusi Analisis Dampak Kebijakan Pengetatan Standar Kualitas BBM yang digelar IESR, akhir November 2024.
Dia menyebut investasi yang dibutuhkan untuk empat kilang Pertamina yang dirancang bisa menghasilkan BBM standar Euro 4 diperkirakan mencapai sekitar US$2 milair—US$3 miliar (sekitar Rp31,71 triliun—Rp47,56 triliun).
“Kalau investasi, disclaimer, sekitar US$2 miliar—US$3 miliar. Harga akhir [BBM Euro 4] di konsumen kita mau cari formulasinya, kompensasi harganya; seperti skenario Rp200—Rp500 per liter, range-nya segitu,” ujarnya.
Standar emisi Euro 4 (E4) diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 20/2017 tentang Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru Kategori M, N, dan O.
Indonesia seharusnya harus sudah mengadopsi standar E4 sejak 2018. Standar E4 yang diterapkan di RI mensyaratkan batas emisi karbon monoksida (CO) 1 gram/km, hidrokarbon (HC) 0,1 gram/km, nitrogen oksida 0,08 gram/km untuk mesin bensin.
Adapun, spesifikasi BBM dengan standar Euro 4 adalah memiliki RON minimal 91, bebas timbal, dan kandungan sulfur maksimal 50 ppm.
(wdh)