Pada perkembangan lain, akuisisi TBS terhadap SembEnviro diharapkan dapat memperkuat posisi TBS dalam bisnis ekonomi sirkular dan pengelolaan limbah di Asia Tenggara, melengkapi akuisisi sebelumnya di Asia Medical Enviro Services Pte Ltd (AMES) di Singapura dan ARAH Environmental Group di Indonesia pada 2023.
Dicky mengatakan strategi ini diyakini akan meningkatkan daya tarik TBS di kalangan investor, khususnya mereka yang mengutamakan aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) dalam keputusan investasinya.
“Dengan demikian, TBS akan makin resilien serta relevan dalam menghadapi tantangan ekonomi global, di mana isu keberlanjutan makin menjadi prioritas utama,” terangnya.
Berdasarkan keterbukaan informasi TBA pada November, akuisisi SembEnviro dilakukan melalui anak usahan TOBA, SBT Investment 2, dengan nilai investasi nilai transaksi mencapai SGD405 juta atau setara sekitar Rp4,78 triliun (asumsi Rp11.800/SGD).
Penandatangan perjanjian transaksi itu dilakukan pada 8 November 2024. Transaksi ini merupakan transaksi material. Dengan demikian, TBS perlu meminta persetujuan pemegang saham sebelum mengeksekusi rencana ini.
Meski demikian, manajemen TOBA memastikan akuisisi tersebut tidak memberikan dampak negatif terhadap perusahaan. Akuisisi ini dinilai justru akan memperkuat posisi TOBA di sektor pengelolaan limbah regional serta memperkuat posisi keuangan.
Sekadar informasi, Hilghland Strategic Holding adalah pemegang saham terbesar TOBA, dengan porsi kepemilikan 61,02%. Toba Sejahtera menjadi pemegang saham terbesar kedua, dengan porsi 8,63%.
(wdh)































