Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta – Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu memaparkan potensi investasi dari proyek hilirisasi batu bara sepanjang 2023—2040 mencapai US$31,82 miliar (sekitar Rp522,64 triliun).

Adapun, menurut Todotua, konsep hilirisasi batu bara yang akan menjadi fokus pemerintah adalah coal regasification yang akan mengubah bentuk batu bara itu sendiri menjadi produk gas, seperti dimethyl ether (DME).

Proyek ini, lanjutnya, juga akan menjembatani permasalahan optimasi tambang batu bara di dalam negeri, yang kebanyakan berlokasi di kawasan terpencil atau sulit dijangkau.

“Apabila sudah menjadi produk gas, tentunya banyak proses yang bisa kita lakukan karena gas itu sendiri bisa kita manfaatkan sebagai sumber energi. Terlebih, sampai saat ini, kita tahu salah satu sumber untuk mendapatkan energi murah adalah dari batu bara, tetapi di situ ada tantangan ESG dan green economy,” ujarnya di agenda Mining Forum 2025, Selasa (18/3/2025). 

Pertambangan batu bara./Bloomberg-Ferley Ospina

Hilirisasi batu bara di Indonesia juga diyakininya akan membuka 23.160 serapan tenaga kerja, meningkatkan ekspor senilai US$11,3 miliar, dan memberikan kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional sejumlah US$2,26 miliar.

Menurut Todotua, ke depannya, penggunaan produk hilir batu bara sebagai sumber energi juga akan mendorong Indonesia masuk ke masifikasi industrialisasi dan manufaktur.

“[Melalui hilirisasi batu bara], kita bisa memiliki strategi kompetitif yang jauh lebih baik,” tegasnya. 

Tak Hanya DME

Todotua mengelaborasi proyek hilirisasi batu bara sebagian akan dibiayai oleh Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara). Selain untuk gasifikasi menjadi DME, proyek lainnya adalah hilirisasi batu bara menjadi metanol dan amonia.

Untuk gasifikasi menjadi DME, lanjutnya, pemerintah bertujuan mensubstitusi gas minyak cair atau liquefied petroleum gas (LPG) yang selama ini banyak didatangkan dari impor dengan nilai rata-rata Rp7 triliun per tahun.

“Diharapkan, bila program ini bisa terlaksana, kita bisa mengurangi impor LPG ke depannya,” ujar Todotua.

Sementara itu, untuk metanol, sudah ada beberapa korporasi batu bara nasional yang berkomitmen mengembangkan hilirisasi batu bara menjadi produk bahan baku biofuel tersebut. 

Lima Proyek Hilirisasi Batu Bara yang Disetujui Pemerintah (Bloomberg Technoz/Asfahan)

“Metanol kita masih mengimpor 1,8 juta ton per tahun. Pada Januari, Kementerian ESDM sudah menaikkan standar biodiesel menjadi B40. Hitungan keuangan saya sih, apabila suplai metanol dalam negeri tidak berkembang, kita bisa akan impor 2,3—2,5 juta ton metanol per tahun. Sedangkan, metanol ini salah satu bahan yang dipakai untuk mengolah biofuel,” kata Todotua.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sebelumnya mensinyalir gasifikasi batu bara menjadi DME akan memakan porsi investasi terbesar dari proyek hilirisasi tahap pertama yang akan didanai oleh Danantara.

Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM Tri Winarno mengatakan nilai investasi gasifikasi batu bara menjadi DME ditaksir mencapai US$11 miliar atau sekitar Rp180,8 triliun dari total investasi untuk sekitar 21 proyek hilirisasi—yang kini telah dinaikkan menjadi 30 proyek— tahap pertama yang menembus Rp659,2 triliun.

Tri memerinci proyek hilirisasi dari sektor pertambangan akan mencakup 4 proyek hilirisasi batu bara menjadi DME, 1 proyek hilirisasi besi, 1 proyek hilirisasi alumina, 1 proyek hilirisasi alumunium, 2 proyek hilirisasi tembaga, dan 2 proyek hilirisasi nikel. 

“Paling gede DME. Proyek DME-nya 4, itu [nilai investasinya] sekitar US$ 11 miliar,” ujar Tri ditemui di kantornya, Selasa (4/3/2025).

(wdh)

No more pages