Logo Bloomberg Technoz

Philip J. Heijmans - Bloomberg News

Bloomberg, Langkah Presiden AS Donald Trump untuk menutup lembaga yang mengawasi Voice of America (VOA) dan Radio Free Asia (RFA) mendapat pujian dari China dan Kamboja, yang selama ini kerap mengkritik media milik pemerintah AS tersebut.

Mantan Perdana Menteri Kamboja, Hun Sen, mengapresiasi keputusan Trump yang disebutnya sebagai langkah dalam memerangi berita bohong dengan menutup US Agency for Global Media (USAGM). Sementara itu, media pemerintah China, Global Times, menyambut baik keputusan tersebut dalam editorialnya, menyebut VOA sebagai "pabrik kebohongan" yang kerap "memicu konflik, memecah belah masyarakat, hingga terlibat dalam upaya perubahan rezim."

“Kita harus sangat mengapresiasi Presiden Donald Trump atas keberaniannya memimpin dunia dalam memerangi berita palsu, dimulai dari media yang didanai pemerintah AS,” tulis Hun Sen dalam unggahan Facebook pada Senin malam (17/03/2025). “Ini adalah kontribusi besar dalam mengeliminasi berita bohong.”

Trump menandatangani perintah eksekutif pada Jumat (14/03/2025) untuk memangkas cakupan delapan lembaga federal, termasuk US Agency for Global Media (USAGM) yang mengelola VOA, RFA, Radio Free Europe/Radio Liberty (RFE/RL), serta beberapa organisasi berita lainnya.

Keputusan ini merupakan bagian dari upaya pemerintahan Trump bekerja sama dengan Departemen Efisiensi Pemerintahan (DOGE) untuk merampingkan birokrasi dengan melakukan pemutusan hubungan kerja massal terhadap pegawai federal serta menutup beberapa badan seperti US Agency for International Development (USAID) dan Consumer Financial Protection Bureau (CFPB).

Direktur VOA, Michael Abramowitz, mengumumkan pada akhir pekan bahwa hampir seluruh staf yang berjumlah lebih dari 1.300 jurnalis, produser, dan karyawan lainnya telah ditempatkan dalam cuti administratif.

VOA, yang didirikan pada 1942 dan menyiarkan dalam hampir 50 bahasa, selama ini kerap menjadi sasaran kritik media pemerintah China. Laporan mereka terkait kerja paksa di Xinjiang dan protes Hong Kong 2019 membuat Beijing menilai VOA sebagai "racun propaganda."

“VOA jelas bukan media yang ‘netral dan imparsial’,” tulis Global Times pada Senin (17/03/2025). “Keberadaan mereka justru membawa lebih banyak kekacauan dan masalah bagi dunia.”

Di sisi lain, Rusia menanggapi lebih tenang. Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan kepada wartawan bahwa media AS seperti VOA "tidak bisa dikategorikan sebagai populer atau banyak diminati di Rusia, jadi ini bukan sesuatu yang kami perhatikan," seperti dikutip dari Reuters.

Namun, Menteri Luar Negeri Ceko, Jan Lipavsky, menyatakan bahwa Radio Free Europe/Radio Liberty (RFE/RL) yang berbasis di Praha memiliki peran penting. Ia berjanji akan membahas langkah-langkah untuk mempertahankan sebagian operasional media tersebut dengan para menteri luar negeri Uni Eropa.

Sementara itu, CEO RFE/RL, Stephen Capus, memperingatkan bahwa penghapusan dana untuk lembaga penyiaran ini akan menjadi ‘hadiah besar’ bagi musuh-musuh Amerika, termasuk China, Rusia, dan Iran.

"Memberikan kemenangan kepada para rival kita hanya akan membuat mereka lebih kuat dan Amerika lebih lemah," tegas Capus.

(bbn)

No more pages