Logo Bloomberg Technoz

Amblesnya IHSG yang begitu dalam merupakan efek secara langsung dari turunnya sejumlah saham Big Caps.

Berikut selengkapnya berdasarkan data Bloomberg.

  1. DCI Indonesia (DCII) menekan 38,46 poin
  2. Bank Rakyat Indonesia (BBRI) menekan 37,11 poin
  3. Barito Renewables Energy (BREN) menekan 36,26 poin
  4. Chandra Asri Pacific (TPIA) menekan 30,45 poin
  5. Bank Mandiri (BMRI) menekan 27,87 poin
  6. Bank Central Asia (BBCA) menekan 26,19 poin
  7. Bumi Resources Minerals (BRMS) menekan 11,82 poin
  8. Barito Pacific (BRPT) menekan 11,46 poin
  9. Dian Swastatika Sentosa (DSSA) menekan 9,31 poin
  10. Telkom Indonesia (TLKM) menekan 9,31 poin

Adapun saham-saham teknologi lain juga jadi pendorong pelemahan IHSG, saham PT IndoInternet Tbk (EDGE) drop 12,8%, saham PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) ambles 9,62% dan saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) juga terjebak di zona merah dengan ambles 3,81%.

Disusul oleh pelemahan saham barang baku, saham PT Daaz Bara Lestari Tbk (DAAZ) yang terjun bebas 22,7%, saham PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) ambles 9,94%, dan saham PT Timah Tbk (TINS) yang melemah 7,43%.

Ambrolnya IHSG siang hari ini terseret sentimen wait and see terhadap agenda penting Bank Indonesia (BI) yang menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) edisi Februari. Besok, hasilnya akan diumumkan.

Satu yang ditunggu tentu pengumuman suku bunga acuan BI Rate. Apakah BI Rate akan ditahan dalam RDG Februari 2025?

Sepertinya demikian. Konsensus Bloomberg yang melibatkan 36 institusi memperkirakan BI Rate tetap ditahan di 5,75% median dalam RDG kali ini.

Konsensus Bloomberg: BI Rate (Bloomberg)

Pertimbangannya, dari sisi inflasi, untuk pertama kali dalam lebih dari dua dekade, Indonesia mencatat deflasi tahunan, Indeks Harga Konsumen pada Februari tercatat -0,09% YoY. Teranyar kali Indonesia mencatat deflasi tahunan adalah pada Maret 2000 sebesar -1,17%.

Sementara secara bulanan (month-on-month/mom), pada Februari terjadi lagi deflasi, dua bulan beruntun, sebesar 0,48%.

Deflasi yang pertama kali terjadi dalam lebih dari dua dekade di Indonesia itu, seharusnya memberikan ruang lebih besar bagi Bank Indonesia untuk melanjutkan lagi pemangkasan suku bunga acuan.

Namun, dengan rupiah yang masih rawan oleh tekanan eksternal di mana pekan lalu mata uang ini hampir menjebol level terlemah baru sepanjang masa, sebagian analis skeptis BI akan mengambil langkah tersebut.

Pelemahan Rupiah

Nilai tukar rupiah masih bergerak melemah. Sepanjang 2025, rupiah melemah 6,33% di hadapan dolar Amerika Serikat dan hingga sempat berada di atas level Rp 16.450/US$.

Pada perdagangan siang hari ini, Selasa, US$ 1 setara dengan Rp 16.450.

Tekanan yang dihadapi oleh rupiah melanjutkan yang terjadi pada pekan lalu ketika arus keluar modal asing mencapai lebih dari Rp10 triliun baik di pasar saham, Surat Utang Negara (SBN) hingga Sekuritas Rupiah (SRBI).

Dalam pandangan analis Barclays termasuk Themistoklis Fiotakis dan Mitul Kotecha, melansir Bloomberg News, rupiah dibayangi oleh risiko defisit fiskal, lalu kontrak NDF yang jatuh tempo serta kedatangan musim pembayaran dividen yang biasanya menaikkan demand terhadap dolar AS sehingga menekan rupiah.

(fad)

No more pages