Bloomberg Technoz, Jakarta - Kejatuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga 5% dan membuat otoritas menghentikan perdagangan saham untuk sementara, akhirnya menyeret nilai rupiah ikut melemah.
Rupiah spot pada pukul 11:57 WIB tergerus melemah di level Rp16.450/US$, atau melemah 0,30% dibanding posisi penutupan kemarin dan menjadi penurunan terbesar di Asia setelah won yang melemah 0,36% siang ini.
Mayoritas mata uang Asia memang terjerembab di zona merah, tertekan kenaikan indeks dolar AS yang siang ini menguat 0,16% di level 103,53.
Pelemahan rupiah tersebut telah menembus level support terdekat. Bila tekanan berlanjut, rupiah akan semakin terseret menyentuh level support berikut di Rp16.500/US$ dan Rp16.550/US$.
Rupiah terseret kejatuhan pasar saham domestik. Arus jual menguat hingga menjatuhkan IHSG sampai 5%, membuat otoritas bursa menghentikan perdagangan sementara (trading halt).
“Dengan ini kami menginformasikan bahwa hari ini, Selasa, 18 Maret 2025 telah terjadi pembekuan sementara perdagangan (Trading Halt)) sistem perdagangan di PT Bursa Efek Indonesia (BEI) pada pukul 11:19:31 waktu Jakarta Automated Trading System (JATS) yang dipicu penurunan IHSG mencapai 5%,” tulis pengumuman resmi Bursa Efek Indonesia.
Beberapa saham yang menjadi pemberat (laggard) indeks di antaranya saham-saham konglomerasi taipan Prajogo Pangestu seperti BREN, TPIA, BRPT. Lalu saham perbankan besar BBRI, BMRI, BBCA. Lalu, ada juga saham teknologi DCII juga saham AMMN.
Bukan hanya saham, para investor juga terindikasi melepas surat utang negara hingga imbal hasilnya naik di hampir semua tenor.
Mengacu OTC Bloomberg, SUN tenor 10Y makin naik imbal hasilnya, mencapai 2,7 basis poin kini di 7,021%. Sedangkan genor 15Y juga naik 2 basis poin. Tenor lebih pendek 4Y naik 2,8 basis poin, sedangkan tenor 8Y naik 3 basis poin sampai siang ini.
(rui)