Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Revisi royalti mineral dan batu bara (minerba) yang tengah dikaji oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bisa dipastikan akan mempengaruhi kinerja keuangan emiten di sektor ini.

Berdasarkan perhitungan Analis Stockbit Sekuritas Hendriko Gani, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dan PT Indika Energy Tbk (INDY) diperkirakan akan menjadi pihak yang paling diuntungkan dari perubahan royalti minerba. Sebaliknya, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) diperkirakan berpotensi mengalami penurunan laba.

Pasalnya, dalam skema baru yang diusulkan, tarif royalti tambang dengan kontrak Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK), seperti BUMI, INDY, dan AADI, akan diturunkan dari 28% menjadi 18%. Sementara, produsen dengan kontrak Izin Usaha Pertambangan (IUP), seperti PTBA, justru akan mengalami kenaikan tarif royalti dari 10,5% menjadi 11,5%.

“Jika usulan ini diterapkan mulai awal 2025, dampaknya akan sangat terasa terhadap laba bersih emiten batu bara. BUMI berpotensi mencatat lonjakan laba bersih hingga 142% secara tahunan, diikuti oleh INDY dengan kenaikan 126% secara tahunan, dan AADI naik 22% secara tahunan. Sementara itu, PTBA berisiko mengalami penurunan laba bersih sebesar 7,1% secara tahunan,” jelas Hendriko, dikutip Selasa (18/3/2025).

Perhitungan tersebut didasarkan pada asumsi harga rata-rata batu bara Newcastle di level US$110/ton pada tahun 2025. 

Dari sisi valuasi, perubahan ini juga berimbas pada rasio price-to-earnings (P/E) masing-masing emiten. Dengan kenaikan laba yang signifikan, valuasi P/E BUMI akan turun dari 18,7 kali menjadi 7,7 kali, INDY dari 11,2 kali menjadi 4,9 kali, serta AADI dari 3,7 kali menjadi 3 kali. Sementara itu, PTBA yang mengalami penurunan laba bersih diperkirakan memiliki P/E yang meningkat dari 6x menjadi 6,4 kali.

Lebih lanjut, Hendriko menambahkan bahwa PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) tidak terdampak oleh perubahan skema royalti ini. “ITMG beroperasi di bawah skema yang berbeda, sehingga perubahan kebijakan royalti ini tidak akan berpengaruh terhadap profitabilitas mereka,” jelasnya.

Meski revisi tarif royalti ini masih dalam tahap konsultasi publik, para pelaku pasar akan mencermati lebih lanjut bagaimana kebijakan ini akan mempengaruhi strategi keuangan dan operasional emiten batu bara. 

Jika disetujui, skema ini dapat menjadi katalis positif bagi emiten berbasis IUPK, sementara perusahaan dengan IUP seperti PTBA perlu menyesuaikan strategi untuk mempertahankan profitabilitasnya di tengah kenaikan beban royalti.

(dhf)

No more pages