Bloomberg Technoz, Jakarta - Pasar keuangan Indonesia bergolak tertekan arus jual yang tak terjeda terutama di pasar saham. Kejatuhan harga saham yang terus berlarut-larut hingga IHSG menyentuh level terendah sejak Oktober 2021, terjadi di tengah tekanan jual yang juga membesar di pasar surat utang RI. Sementara rupiah juga makin terbenam melampaui Rp16.400-an per dolar AS.
Dalam kondisi harga aset-aset portofolio terjerembab di zona merah seperti belakangan ini, apa pilihan aset yang cukup aman menjadi tempat membiakkan modal dan prospektif memberikan cuan?
Bila menarik kinerja sejak tahun lalu, tercatat bahwa saham dan aset derivasinya memang sudah terpuruk. IHSG tergerus 2,65%. Bahkan hari ini, Selasa (18/3/2025), IHSG sempat mengalami penghentian perdagangan sementara (trading halt) karena terkoreksi lebih dari 5%.
Sementara surat utang, masih mencatat kinerja positif dengan return 4,82% untuk obligasi pemerintah. Adapun reksa dana saham bahkan ambles 10,32% tahun lalu.
Di sisi bersebarangan, emas dan mata uang digital seperti Bitcoin mencetak kinerja yang menguntungkan dengan kenaikan masing-masing mencapai 27,21% dan 120,46% pada 2024. Sementara emas lokal, yakni emas Antam, membukukan kenaikan hingga 20,79% tahun lalu.

Kini, dalam hampir tiga bulan tahun 2025, harga emas nyatanya melanjutkan kenaikan nyaris tak terbendung. Di pasar spot global, harga emas sudah membukukan kenaikan hingga 13,3% year-to-date.
Sementara di pasar domestik, harga emas Antam yang menjadi salah satu acuan harga di pasar lokal, sudah membukukan kenaikan hingga 15,2% year-to-date. Sebaliknya, Bitcoin sudah tergerus 12%.
Dari gambaran terakhir, terlihat bahwa emas keluar sebagai aset yang masih memberi keuntungan menarik sejauh ini. Pamor emas diperkirakan akan terus bertahan bahkan berpeluang memperbarui rekor baru ke depan, di tengah masih besarnya ketidakpastian pasar global kala tensi perang dagang meningkat.
Kekhawatiran akan pecahnya resesi di Amerika Serikat, negara dengan ukuran ekonomi terbesar di dunia saat ini, membuat pelaku pasar makin terpicu menyelamatkan dana mereka keluar dari aset-aset berisiko dan mengalihkannya ke emas.
Lanskap global memang masih penuh ketidakpastian menyusul perang dagang yang dikobarkan oleh Presiden AS Donald Trump. Pertumbuhan ekonomi global diperkirakan akan terpukul dengan kondisi perdagangan kian menuju proteksionisme.
Yang terbaru, ramalan dari OECD, organisasi yang membawahi 38 negara kaya dan berpusat di Paris itu, menilai, kebijakan tarif impor yang dikobarkan secara agresif oleh Trump, potensial membawa pertumbuhan ekonomi dunia makin melambat dengan inflasi lebih tinggi. Kondisi itu bisa memburuk secara signifikan jika ketegangan meningkat.
OECD memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi sebagian besar anggotanya dan memperkirakan laju ekspansi global akan melambat menjadi 3,1% tahun ini dan 3% pada tahun 2026. Pembatasan perdagangan dan melonjaknya ketidakpastian mengganggu investasi bisnis dan belanja konsumen.
Dengan kata lain, situasi yang dihadapi para investor saat ini yang telah menjatuhkan harga ekuitas dan melambungkan harga emas, berpeluang berlanjut sepanjang tahun dan mungkin bisa makin memburuk.
Peluang Rekor Baru
Harga emas dunia sudah memperbarui rekor termahal sepanjang masa siang ini di level US$ 3.011,04 per troy ounce.
Rekor harga emas itu diyakini akan berlanjut ke depan seiring masih tingginya ketidakpastian global seputar perang dagang, ditambah ketegangan geopolitik di Eropa serta di Timur Tengah, kekhawatiran resesi AS, juga peluang pemangkasan bunga acuan Federal Reserve bila perekonomian Negeri Paman Sam tergerus kian lemah.
Beberapa bank investasi global telah memperbarui proyeksi rekor harga emas baru. UBS Group AG memperkirakan harga emas bisa menyentuh US$ 3.200 per troy ounce dalam empat kuartal ke depan. Level harga itu lebih tinggi ketimbang proyeksi sebelumnya yang sudah tertembus di US$ 3.000 per troy ounce.

Dalam catatannya, Chief Investment Office UBS Global Wealth Management menyatakan, konflik dagang yang terus meningkat jadi faktor utama yang akan mengungkit harga emas menjadikannya aset yang kian bernilai di tengah ketidakapstian yang membesar.
Sebelumnya, Macquarie Group juga merilis prediksi baru bahwa harga emas kemungkinan akan mencapai US$ 3.500 per troy ounce pada kuartal kedua tahun ini. BNP Paribas juga memprediksi harga emas akan mencapai rata-rata di atas US$ 3.000 per troy ounce.
Bank of America, Citigroup juga masih bullish untuk emas. Harga emas diperkirakan akan mencapai US$ 3.500 per troy ounce dalam jangka panjang, menurut BoA. Pembelian emas oleh bank sentral masih akan menjadi salah satu faktor utama yang akan membuat harganya makin melesat.
Dengan kini harga emas di pasar dunia berada di level US$ 3.011, bila prediksi di US$ 3.500 tertembus berarti masih ada potensi kenaikan sekitar 16% menuju target harga tersebut.
Potensi Cuan
Lantas, bagaimana dengan peluang cuan untuk investasi emas di pasar lokal? Harga emas produksi PT Aneka Tambang Tbk, maupun merek lain seperti UBS (Untung Bersama Sejahtera) juga emas Galeri 24 yang diproduksi oleh PT Pegadaian, umumnya akan mengikuti pergerakan harga emas di pasar global.
Bahkan, kenaikannya bisa lebih besar ketimbang di pasar dunia ketika kurs dolar AS di dalam negeri melesat kian mahal. Maklum, harga emas di pasar lokal dikonversi dari satuan troy ounce dan dolar AS menjadi gram dan rupiah.
Sepanjang tahun ini, harga emas Antam sudah naik lebih dari 15%. Namun, perlu dicatat itu adalah kenaikan harga jual emas yang dibanderol oleh Antam sebagai penjual. Harga itu adalah yang harus dibayar investor bila membeli emas di Antam. Sementara bila menghitung potensi cuannya, harga yang jadi acuan adalah buyback price (harga beli kembali) yakni ketika seorang investor ingin menjual simpanan emasnya pada Antam.
Bila investor baru membeli emas Antam pada akhir tahun lalu kala harganya Rp1.515.000 per gram, maka bila menjualnya hari ini, kenaikannya baru sebesar 5,21% year-to-date dengan harga buyback hari ini di Rp1.594.000 per gram.
Keuntungan baru lebih besar bagi para investor yang sudah membeli emas Antam setahun lalu atau lima tahun lalu. Tahun lalu, emas Antam dijual di harga Rp1.193.000 per gram, sehingga bila investor yang melepasnya hari ini akan mengantongi capital gain 33,5%. Lima tahun lalu, harga emas Antam juga baru dijual di kisaran Rp826.000 per gram. Bila melepasnya hari ini, investor bisa untung bersih sebesar 93%.
Gambaran ini mempertegas potensi keuntungan emas baru menarik bila diperlakukan sebagai investasi jangka panjang, bukan jangka pendek.
(rui/aji)