Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Pertumbuhan pesat kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) mendorong transformasi besar dalam infrastruktur jaringan pusat data. Studi terbaru dari Ciena mengungkap bahwa para ahli pusat data global memperkirakan peningkatan signifikan dalam kebutuhan bandwidth interkoneksi data (DCI) dalam lima tahun ke depan.

Dalam survei yang dilakukan bersama Censuswide, yang melibatkan lebih dari 1.300 responden pusat data di 13 negara, lebih dari setengah (53%) responden percaya bahwa beban kerja AI akan memberikan tekanan terbesar pada infrastruktur DCI dalam dua hingga tiga tahun ke depan, melampaui komputasi awan (51%) dan analitik big data (44%).

Lonjakan Permintaan Infrastruktur Pusat Data

Untuk mengakomodasi lonjakan pemanfaatan AI, diperkirakan 43% pusat data baru akan didedikasikan untuk beban kerja AI. 

Kebutuhan bandwidth juga diperkirakan meningkat drastis seiring dengan pelatihan dan inferensi model AI yang memerlukan pergerakan data dalam jumlah besar. Sebanyak 87% responden menyatakan bahwa mereka akan memerlukan kapasitas serat optik 800 Gb/s atau lebih per panjang gelombang untuk DCI.

“Beban kerja AI tengah membentuk kembali industri pusat data, mulai dari infrastruktur hingga permintaan bandwidth," kata Jürgen Hatheier selaku CTO International, Ciena, dikutip Selasa (18/3/2025).  

Ia menambahkan, AI akan mempercepat pertumbuhan lalu lintas jaringan, memaksa operator untuk menyesuaikan strategi infrastruktur mereka.

Survei Ciena ini juga menemukan bahwa seiring dengan meningkatnya kebutuhan komputasi AI, pelatihan model bahasa besar (LLM) akan semakin terdistribusi di berbagai pusat data AI. Sebanyak 81% responden percaya bahwa pelatihan LLM akan dilakukan di sejumlah fasilitas pusat data yang terhubung melalui DCI.

Dalam memilih lokasi pusat data baru, responden mempertimbangkan beberapa faktor utama, di antaranya:

  1. Pemanfaatan sumber daya AI dari waktu ke waktu (63%)
  2. Mengurangi latensi dengan menempatkan komputasi inferensi lebih dekat ke pengguna akhir (56%)
  3. Persyaratan kedaulatan data (54%)
  4. Lokasi strategis bagi pelanggan utama (54%)

Survei juga turut menyoroti pentingnya solusi yang lebih berkelanjutan. Sebanyak 98% responden percaya bahwa penggunaan pluggable optics dapat membantu mengurangi konsumsi daya dan jejak fisik infrastruktur jaringan.

Alih-alih menggunakan dark fiber, mayoritas responden (67%) lebih memilih Managed Optical Fiber Networks (MOFN), yang memanfaatkan jaringan berkapasitas tinggi yang dioperasikan oleh penyedia layanan untuk konektivitas pusat data jarak jauh.

"Revolusi AI bukan hanya tentang komputasi, tetapi juga tentang konektivitas. Tanpa fondasi jaringan yang tepat, potensi AI tidak dapat termaksimalkan. Operator harus memastikan infrastruktur DCI mereka siap menghadapi masa depan di mana lalu lintas berbasis AI akan mendominasi," tambah Hatheier.

Indonesia

Adapun di Indonesia, rata-rata 49% pusat data baru diperkirakan akan didedikasikan untuk beban kerja AI. Separuh responden percaya bahwa aplikasi AI akan mendorong peningkatan bandwidth setidaknya enam kali lipat pada jaringan DCI dalam lima tahun ke depan.

Ketersediaan daya, efisiensi biaya, skalabilitas, dan keandalan menjadi faktor utama dalam pemilihan lokasi pusat data baru di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan AI di Tanah Air juga akan sangat bergantung pada kesiapan infrastruktur jaringan.

Selain itu, 50% responden percaya bahwa aplikasi AI akan mendorong peningkatan bandwidth setidaknya 6 kali lipat pada jaringan DCI dalam lima tahun ke depan.

(wep)

No more pages