Bloomberg Technoz, Jakarta - Industri asuransi Indonesia sangat rentan fraud yang disebabkan sistem deteksi nasabah dengan rekam jejak buruk tidak tersedia. Bahkan ditenggarai ada praktif mafia yang bisa mengelabui orang meninggal hanya untuk mendapatkan klaim asuransi.
Hal ini disampaikan oleh salah seorang Advokat Anatomi Muliawan mengatakan yang menilai praktik ini banyak terjadi di industri asuransi Indonesia.
"Fraud di bidang asuransi itu besar. Ada yang sudah seperti mafia. Pura-pura hilang di laut, tapi setelah diinvestigasi, ternyata masih ada orangnya. Kami berharap ada sistem yang mendeteksi fraud," katanya dalam kegiatan Launching Policy Brief oleh Pusat Ekonomi dan Bisnis Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (PEBS FEB UI), dikutip Selasa, (18/3/2025).
Ia mencontohkan, ada kasus nasabah asuransi jiwa meninggal dunia dalam waktu tiga bulan. Klaim yang akan diberikan terhitung besar, tapi setelah dilakukan investigasi ternyata orang tersebut memanfaatkan digitalisasi.
Dari contoh kasus tersebut, menurut Anatomi, pelaku asuransi memerlukan sistem yang bisa memberikan warning terhadap calon nasabah.
"Kalau di asuransi, nasabah yang memiliki riwayat yang tidak baik di perusahaan sebelumnya ketika dia mencoba daftar ke asuransi lain itu sudah warning, kelihatan. Jadi bisa mendeteksi nasabah fraud," lanjutnya.
Oleh karena itu, untuk bisa meningkatkan kinerja pelaku asuransi diperlukan action dari para regulator.
Terlebih, pelaku asuransi juga memiliki hambatan literasi kepada masyarakat dalam memasarkan produknya.
"Kita punya hambatan literasi, kita punya hambatan dari produk. Kita juga harus mampu mengembangkan untuk berikan service excellent dan kita harus bisa meningkatkan IT. Jadi, empat hal itu yang jadi yang jadi hambatan," jelasnya.
(mef/hps)