Logo Bloomberg Technoz

William Horobin - Bloomberg News

Bloomberg, OECD menyebut kebijakan perdagangan agresif Presiden AS Donald Trump secara tiba-tiba membawa dunia ke jalur pertumbuhan yang lebih lambat dan inflasi yang lebih tinggi, yang bisa memburuk secara signifikan jika ketegangan meningkat.

Perkumpulan 38 negara kaya yang bermarkas di Paris ini memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi sebagian besar anggotanya dan memperkirakan laju ekspansi global akan melambat menjadi 3,1% tahun ini dan 3% pada tahun 2026. Pasalnya pembatasan perdagangan dan melonjaknya ketidakpastian mengganggu investasi bisnis dan belanja konsumen.

Pertumbuhan AS akan melambat secara signifikan. (Bloomberg)

Negara-negara yang saat ini di tengah badai perdagangan mungkin akan mengalami perlambatan yang lebih tajam. Tingkat pertumbuhan Kanada jatuh hingga kurang dari setengah prediksi OECD pada Desember. Meksiko memasuki resesi, dan ekspansi tahunan di AS merosot hingga 1,6% pada tahun depan — terlemah sejak 2011, di luar dampak pandemi Covid pada tahun 2020.

OECD menilai naiknya biaya perdagangan juga akan memicu inflasi lebih kuat dari yang diperkirakan tiga bulan lalu, yang mengharuskan bank sentral menahan kebijakan restriktif lebih lama. Di banyak negara, termasuk AS, kenaikan harga inti akan tetap berada di atas target para pembuat kebijakan pada 2026.

Proyeksi inflasi OECD. (Bloomberg)

Proyeksi ini merupakan upaya paling komprehensif dari organisasi internasional untuk mengukur dampak dari perang dagang yang makin memanas. Meski Trump diperkirakan akan meningkatkan ketegangan setelah menjabat, volatilitas dan besarnya ancamannya membuat para pembuat kebijakan dan investor salah langkah.

Pekan lalu, saham-saham AS mengalami koreksi, di mana Indeks S&P 500 anjlok 10% dari level tertingginya pada pertengahan Februari. Trump mengakui negaranya menghadapi "masa transisi" karena berupaya untuk mengatur ulang perdagangan global secara radikal, tetapi menepis ancaman resesi dan meremehkan gejolak pasar.

Proyeksi pertumbuhan OECD. (Bloomberg)

Analisis OECD memperhitungkan tindakan yang diambil antara China dan AS, serta tarif 25% yang diberlakukan Washington pada impor baja dan aluminium. Analisis ini juga didasarkan pada asumsi kenaikan pungutan sebesar 25 poin persentase atas barang-barang Kanada dan Meksiko, dan balasan yang setara dari negara-negara tersebut.

Perhitungan ini mengecualikan ancaman lain yang telah dibuat Trump, termasuk janji tarif resiprokal global. Sebelumnya pada Senin, ia mengatakan akan merealisasikan ancamannya pada 2 April, serta memasang pungutan sektoral.

Menurut simulasi ilustratif oleh OECD, di mana tarif bilateral dinaikkan secara permanen sebesar 10 poin persentase, produksi global bisa turun sekitar 0,3% pada tahun ketiga. OECD mengatakan AS akan mengalami "pukulan signifikan," di mana produksi turun sebesar 0,7%.

OECD mengungkap inflasi juga akan lebih kuat dalam skenario tersebut, mendorong bank-bank sentral memperketat kebijakan dan memicu "repricing yang mengganggu" pasar keuangan. Risiko-risiko seperti itu dan ketidakpastian yang meningkat, berarti para pejabat moneter harus tetap waspada pada tekanan upah dan harga.

AS mengenakan tarif pada impor dengan tindakan balasan dari negara lain. (Bloomberg)

"Kami menunjukkan risiko penurunan yang signifikan termasuk dalam hal fragmentasi perdagangan lebih lanjut atau peningkatan ketegangan perdagangan," kata Sekretaris Jenderal OECD Mathias Cormann dalam wawancara dengan Bloomberg Television. "Jika keputusan lebih lanjut ke arah yang sama akan dibuat di masa mendatang, tentu saja kami harus merevisi proyeksi kami."

Namun, OECD mengatakan ada beberapa risiko positif pada pandangan suramnya jika tarif lebih rendah dan kebijakan lebih stabil. Belanja pertahanan yang lebih tinggi, seperti yang dijanjikan Eropa dalam beberapa minggu terakhir, juga bisa mendukung pertumbuhan, meski akan menambah tekanan pada keuangan pemerintah.

OECD bilang untuk saat ini, ekonomi Eropa menghadapi lebih sedikit dampak langsung dari perang dagang. Namun, organisasi ini masih memangkas proyeksi untuk kawasan tersebut untuk menunjukkan dampak ketidakpastian.

China juga harus terbukti lebih tangguh tahun ini karena dukungan kebijakan domestik mengimbangi dampak tarif, tetapi OECD memperkirakan pertumbuhan akan melambat pada tahun 2026.

Untuk pertumbuhan ekonomi dan standar hidup, "memiliki pasar global yang berfungsi dengan baik, memiliki sistem perdagangan berbasis aturan yang berfungsi dengan baik, masih merupakan resep terbaik," tambah Cormann.

(bbn)

No more pages