Logo Bloomberg Technoz

Sentimen positif bagi harga emas kali ini datang dari Amerika Serikat (AS). US Census Bureau melaporkan, penjualan ritel di Negeri Adidaya pada Februari tumbuh 0,2% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm).

Angka ini membaik ketimbang Januari yang turun 1,2% mtm. Namun berada di bawah ekspektasi pasar yang memperkirakan pertumbuhan di 0,6% mtm.

Perkembangan ini menjadi cerminan bahwa perekonomian AS ‘mendingin’. Artinya kebutuhan akan stimulus, termasuk dari sisi moneter, menjadi meningkat.

Pelaku pasar berharap bank sentral Federal Reserve akan kembali melonggarkan kebijakan moneter tahun ini. Suku bunga acuan diperkirakan masih bisa turun, meski rasanya tidak seagresif tahun lalu yang dipotong 100 basis poin (bps).

Emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Memegang emas akan lebih menguntungkan saat suku bunga turun.

Analisis Teknikal

Lalu bagaimana dengan prediksi harga emas untuk hari ini? Apakah bisa naik lagi atau justru terkoreksi?

Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), emas bertengger di zona bullish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 69,47. RSI di atas 50 menandakan suatu aset sedang dalam posisi bullish.

Namun hati-hati, karena RSI emas sudah mendekati 70. Kalau sudah di atas 70, maka berarti sudah masuk area jenuh beli (overbought).

Bahkan sinyal overbought sudah sangat jelas di indikator Stochastic RSI yang sudah menyentuh 100. Paling tinggi, sangat jenuh beli.

Oleh karena itu, investor patut waspada dengan risiko penurunan harga emas. Cermati pivot point di US$ 2.995/troy ons.

Dari situ, sepertinya harga emas akan mengetes support US$ 2.981/troy ons yang merupakan Moving Average (MA) 5. Jika tertembus, maka MA-10 di US$ 2.945/troy ons bisa menjadi target selanjutnya.

Sedangkan target resisten terdekat ada di US$ 3.002/troy ons. Penembusan di titik ini berpotensi mengangkat harga emas menuju US$ 3.011/troy ons.

(aji)

No more pages