Bloomberg Technoz, Jakarta - Kepemimpinan perempuan selalu menjadi topik yang menarik untuk dibahas, terutama dalam konteks Islam dan sejarahnya. Bagaimana sebenarnya Islam memandang peran perempuan dalam kepemimpinan? Apakah perempuan dibatasi hanya dalam peran domestik, atau justru memiliki ruang yang lebih luas?
Dalam Bloomberg Technoz Podcast - Ramadan Spark bersama Kode Marketing, Yenny Wahid, Founder Wahid Foundation, berbagi pandangannya mengenai kepemimpinan perempuan dalam perspektif Islam.
Menurut Yenny Wahid, Islam sesungguhnya memandang laki-laki dan perempuan secara setara, dan yang membedakan seseorang di mata Allah adalah ketakwaannya. "Islam itu memandang laki-laki dan perempuan sama dan setara, yang membedakan adalah ketakwaannya. Inna akramakumallahi akrakum dalam Quran, yang paling utama di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Jadi bukan laki-laki, bukan perempuan," jelasnya.
Ia juga menekankan bahwa kepemimpinan di era modern tidak lagi ditentukan oleh kekuatan fisik seperti di masa lalu, tetapi lebih kepada kemampuan dalam mengayomi dan membangun konsensus. "Sekarang yang dibutuhkan adalah kepemimpinan yang bisa mengayomi, yang bisa nurturing, yang bisa merangkul, dan membangun konsensus bersama," tambahnya.

Menurutnya, perempuan memiliki keunggulan dalam aspek kepemimpinan yang berbasis empati dan kolaborasi. "Di banyak negara, perusahaan, bahkan di pemerintahan, sekarang yang dicari bukan lagi pemimpin yang otoriter, tapi yang bisa merangkul dan membangun sinergi. Dan perempuan punya kelebihan dalam hal ini," ujarnya.
Dalam diskusi ini, Sisi Aspasia, Communication Specialist, menyoroti pentingnya peran perempuan dalam kepemimpinan modern, terutama dalam dunia bisnis dan pemerintahan. Winda Mizwar, Founder Kode Marketing & Marcom Consultant, pun menambahkan bahwa banyak perempuan saat ini yang mampu bersaing di berbagai bidang, namun masih menghadapi hambatan sosial dan budaya.
Selain itu, Yenny Wahid juga mengangkat isu mengenai konstruksi sosial yang masih membatasi perempuan. "Masyarakat kita masih terjebak dalam konstruksi sosial yang menempatkan perempuan hanya di ranah domestik. Padahal, kalau kita lihat sejarah, banyak perempuan hebat di zaman Rasulullah yang aktif berkontribusi dalam berbagai bidang," jelasnya.
Sebagai contoh, ia menyebutkan Sayyidah Khadijah, istri Rasulullah, yang merupakan seorang pengusaha sukses. "Sayyidah Khadijah itu yang melamar Rasulullah loh. Dan beliau seorang pebisnis hebat. Jadi kalau ada yang bilang perempuan tidak boleh bekerja, ini perlu dipertanyakan lagi pemahamannya," ungkapnya.
Menutup diskusi, Yenny Wahid menegaskan bahwa perempuan memiliki potensi besar untuk menjadi pemimpin, baik dalam skala kecil seperti keluarga, hingga skala yang lebih besar dalam masyarakat dan pemerintahan. "Tidak berkompetisi, tetapi saling melengkapi. Itu yang harus ada," tutupnya.
Jangan lewatkan kesempatan untuk mendapatkan wawasan mendalam mengenai jejak pemimpin perempuan dalam Islam dan relevansinya di era modern. Saksikan episode terbaru "Bloomberg Technoz Podcast - Ramadan Spark" hanya di www.bloombergtechnoz.com.
(btp)