Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat penurunan impor barang konsumsi pada periode Februari 2025, baik secara bulanan (month-to-month/mtm), tahunan (year-on-year/yoy) maupun secara kumulatif dua bulan pertama pada 2025. 

Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, impor barang konsumsi turun 21,05% pada Februari 2025 secara tahunan (yoy) dibanding Februari 2024. Komoditas yang menyumbang penurunan nilai impor adalah beras dengan andil penurunan 15,07%, monitor berwarna dengan andil penurunan 2,66%, dan otomotif diesel fuel dengan andil penurunan 1,01%. 

"Secara bulanan (mtm), nilai impor barang konsumsi turun 10,61% pada Februari 2025, volume turun 27,63%," sebut Amalia dalam konferensi pers, Senin (17/3/2025). 

Penurunan terbesar terjadi pada buah-buahan yang terkontraksi 34,72% (mtm) dengan selisih nilai US$60,9 juta; daging hewan turun 64,55% (mtm) dengan selisih nilai US$44,8 juta; dan serealia turun 99,96% dengan selisih nilai US$37,8 juta. 

Secara kumulatif, impor barang konsumsi merosot 14,28% pada Januari-Februari 2025 dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.

"Komoditas penyumbang penurunan adalah beras di mana andil penurunan 13,78% karena impor beras pada Januari dan Februari 2025 lebih rendah dari tahun lalu karena terkait ketersediaan pasokan beras domestik," ujarnya. 

BPS sebelumnya memang melaporkan potensi produksi beras sebesar 13,95 juta ton pada Januari-April 2025. Angka itu merupakan yang tertinggi dalam 7 tahun terakhir atau sejak Januari-April 2019.

Amalia menjelaskan potensi kenaikan produksi beras pada Januari-April 2025 adalah 25,99% secara tahunan (yoy) dibandingkan 11,07 juta ton pada Januari-April 2024.

"Dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, kenaikan produksi beras Januari-April 2025 diperkirakan merupakan yang terbesar sejak 2019," ujar Amalia dalam konferensi pers, Senin (3/3/2025).

(lav)

No more pages