Bloomberg Technoz, Jakarta - Kinerja impor Indonesia pada Februari kembali positif setelah pada bulan sebelumnya terkontraksi atau turun. Beberapa komoditas tercatat menjadi komoditas yang banyak diimpor selama bulan lalu.
Badan Pusat Statistik mencatat ada beberapa komoditas utama impor nonmigas RI di mana golongan logam mulia dan perhiasan/permata mencatat kenaikan impor tertinggi hingga 110,26% month-to-month pada Februari, atau mencapai US$ 326,3 juta.
Kedua, adalah impor bahan bakar mineral yang naik 78,65% atau mencapai US$ 204,2 juta. Ketiga, impor kendaraan dan bagiannya yang naik 20,27% mencapai US$ 155,2 juta. Keempat, impor besi dan baja yang naik 17,88% mencapai US$ 127, 9 juta. Kelima, impor barang instrumen optik, fotografi, sinematografi dan medis yang naik hingga 46,18%.
Sedangkan secara tahunan, impor yang pertumbuhannya terbesar adalah juga sama yakni impor logam mulia dan perhiasan yang naik 262,2% year-on-year. Disusul oleh impor kakao dan olahannya yang mencatat kenaikan 264,46% year-on-year.
Adapun komoditas impor yang turun terbesar pada Februari adalah golongan mesin/peralatan mekanis dan bagiannya turun hingga 10,24% year-on-year dan secara bulanan juga terkontraksi atau minus 4,47%. Disusul oleh penurunan impor plastik dan barang dari plastik terkontraksi 15,27% yoy dan minus 9,51% mtm.
Kinerja impor Indonesia pada Februari 2025 tumbuh positif 2,30% year-on-year setelah bulan sebelumnya terkontraksi hingga lebih dari 2%.
Angka pertumbuhan impor RI pada Februari melampaui perkiraan pasar yang semula memperkirakan hanya akan ada kenaikan 1% year-on-year.
"Perkembangan impor pada Februari 2025, total nilai impor sebesar US$ 18,86 miliar, naik 5,18% month-to-month dibandingkan Januari. Secara tahunan, nilai impor naik 2,30% didorong oleh kenaikan impor nonmigas yang memberi andil kenaikan 2,91%," kata Kepala Badan Pusat Statistik Amalia Adininggar Widyasanti, dalam taklimat media hari ini, Senin (17/3/2025) di Jakarta.
Amalia menjelaskan, menurut penggunaan, impor bahan baku penolong dan impor barang modal tercatat meningkat sebesar masing-masing 4,78% yoy dan 5,48% yoy. Akan tetapi, impor barang konsumsi menurun hingga 21,05% yoy.
(rui)