Peningkatan nilai ekspor pada Februari secara bulanan terutama didorong kenaikan ekspor nonmigas, yakni komoditas lemak dan minyak hewani/nabati yang naik 37,04% dengan andil ekspor 3,71%. Kedua, komoditas mesin dan peralatan mekanis dan bagiannya naik 37,85% dengan andil 0,92%. Ketiga, komoditas logam mulia dan perhiasan/permata naik 16,45% dengan andil 0,66%.
"Sementara itu, kenaikan nilai ekspor migas terutama didorong nilai ekspor minyak mentah sebesar 0,56%," tutur dia.
Sebelumnya, Ekonom memproyeksi kinerja neraca perdagangan Indonesia periode Februari 2024 mengalami surplus dengan nilai yang lebih rendah dibanding bulan sebelumnya.
Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro memperkirakan neraca perdagangan akan mencatat surplus sebesar US$1,85 miliar pada Februari 2025, merosot jauh dibanding surplus neraca perdagangan pada Januari 2025 yang mencapai US$3,45 miliar.
"Hal ini sejalan dengan moderasi ekspor akibat penurunan harga dan volume ekspor batu bara," ujar Andry dalam laporan risetnya, dikutip Minggu (16/3/2025).
Dia memperkirakan kinerja ekspor akan tumbuh positif 7,8% secara tahunan (year-on-year/yoy), meski pertumbuhannya merosot -3,2% secara bulanan (month-on-month/mom). Penurunan ekspor secara bulanan diperkirakan disebabkan oleh penurunan ekspor batu bara. Menurut data Kementerian Energi, dan Sumber Daya Mineral (Kementerian ESDM) volume ekspor batu bara turun 1% (yoy) dan anjlok 9% (mom).
"Dari sisi harga, mayoritas komoditas ekspor utama Indonesia mengalami penurunan. Harga batu bara turun 10,1% (mom) dan nikel (-0,7% mom)," papar Andry.
(lav)