Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta – Harga timah kembali turun setelah sempat mencapai rekor tertingginya dalam lebih dari dua tahun  terakhir pada medio pekan lalu, di tengah sentimen penyetopan produksi salah satu tambang terbesar di Kongo.

Timah diperdagangkan di US$35.282/ton pada Senin (17/3/2025) pagi di London Metal Exchange (LME), turun 1,72% dari penutupan Jumat.

Timah sempat mencapai rekor harga tertinggi pekan lalu, di tengah sentimen penyetopan produksi di sebuah tambang besar di Afrika akibat ancaman kelompok pemberontak.

Reli harga timah usai terhentinya operasional tambang Bisie di Kongo akibat aksi pemberontak./dok. Bloomberg

Kejadian tersebut memicu reli harga timah terbesar tahun ini di LME. Harga logam yang digunakan untuk melapisi kontainer dan sirkuit solder itu naik 3,3% pada Jumat menjadi US$37.100/ton, tertinggi sejak Juni 2022.

Sehari sebelumnya timah juga melonjak 7,4% pada Kamis, menyusul penangguhan tambang Bisie milik Alphamin Resources Corp di Republik Demokratik Kongo.

Di Shanghai, harga timah berjangka pada Jumat bahkan menguat hingga batas harian 10%.

"Sulit untuk mengevaluasi berapa lama penangguhan tambang ini akan berlangsung, tetapi ini pasti akan memperburuk kekurangan bijih timah global yang ada," kata First Futures Co dalam sebuah catatan.

Kerusuhan politik di negara Afrika tersebut memperparah dampak penghentian penambangan di Negara Bagian Wa, Myanmar, yang membantu menaikkan harga LME sekitar 25% sepanjang tahun ini.

Blok Bisie di Kongo memproduksi 17.300 ton bijih timah pada 2024, atau sekitar 6% dari pasokan global, menurut pialang China, dikutip Bloomberg. Alphamin mengatakan bakal mengevakuasi tambang karena kemajuan kelompok militan pemberontak.

(wdh)

No more pages