Bloomberg Technoz, Jakarta - Volatilitas perdagangan aset digital Bitcoin sedikit mereda dalam 24 jam terakhir, dengan pergerakan harga berada di kisaran US$82.594–US$84.461 (sekitar Rp1,35-Rp1,38 miliar). Meski begitu, pada minggu ini pasar harus bersiap dengan gejolak yang tidak terduga.
Aset kripto pekan ini berpeluang akan kembali terseret sentimen yang dihasilkan pada pasar keuangan Amerika Serikat (AS), disulut oleh jelang pertemuan bank sentral Federal Open Meeting Committee (FOMC) Federal Reserve.
Arah kebijakan ekonomi Amerika tengah disorot pelaku pasar namun ekspektasi pesimisme menyelimuti efek ketidakpastian ekonomi makro dan pergeseran perkembangan regulasi.
Kondisi yang tidak baik-baik saja membuat aset berisiko, termasuk kripto, cenderung dilepas para pelaku pasar dengan level Fear and Greed Index menunjukkan zona ketakutan.
The Crypto Fear and Greed Index masih ada di angka 22, sedikit naik dibandingkan akhir pekan lalu. Sebagai catatan lain, zona fear sering kali menjadi peluang akumulasi bagi investor.

Ketidakpastian ekonomi juga datang dari sejumlah kebijakan perang tarif Donald Trump hingga memaksa aksi jual di berbagai kelas aset termasuk mata uang kripto. Hari Selasa minggu lalu Bitcoin terjun ke level US$77.000. Penurunan ini membantu memicu rekor arus keluar dari dana yang diperdagangkan di bursa Bitcoin, dan likuidasi besar-besaran pada posisi buy di pasar derivatif kripto.
“Saat kita mengakhiri minggu [pekan sebelumnya] yang ditandai dengan penjualan aset berisiko yang meluas, pasar mengalami reli yang melegakan dari kondisi oversold. Terhindarnya penghentian pendanaan pemerintah AS telah mengurangi ketidakpastian di pasar,” kata Ravi Doshi, kepala pasar di FalconX, dilansir dari Bloomberg News.
Bitcoin sempat mengalami penurunan 1,8% pada Senin (17/3/2025) meski hingga perdagangan pukul 9.10 waktu Indonesia relatif membaik dengan capaian US$83.118 (-0,8%) dibandingkan hari Minggu kemarin. Ether juga turun 0,65% pada waktu yang sama meski sempat tergelincir 2,5% dalam 24 jam perdagangan terakhir. Posisi Ether kini berada di US$1.906.
Perkiraan pasar bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga stabil minggu ini dengan peluang penurunan di akhir 2025. Data inflasi baru-baru ini dan angka-angka pasar tenaga kerja yang kuat telah meningkatkan kekhawatiran bahwa Fed mungkin menunda pelonggaran kebijakan moneter pada hari Rabu.
Pada Minggu malam, indeks berjangka Dow Jones Industrial Average turun 0,37%, sementara indeks berjangka S&P 500 dan Nasdaq Composite turun 0,46% dan 0,55%, dikutip dari Decrypt, Senin.
Fed dan sinyal baru dari pengambil kebijakan terkait aset kripto dapat menentukan apakah pasar kripto mendapatkan kembali momentumnya atau menghadapi tekanan turun lebih lanjut dalam beberapa minggu mendatang.
Meski demikian masih terdapat pandangan bahwa tren turun aset kripto, termasuk Bitcoin bisa dipatahkan oleh para trader. Data Coinglass menunjukkan open interest di pasar berjangka kripto masih tetap tinggi, meskipun ada lebih dari US$253 juta likuidasi selama 24 jam terakhir.
Stephane Ouellette, salah satu Pendiri di FRNT Financial masih berharap bahwa segara muncul sinyal stabilitas makro lanjutan sehingga dapat “terus menjadi penarik bagi harga kripto.”
Pekan lalu Bitcoin sedikit rebound 6,2% ke US$85.000-an dengan koin-koin lain yang sempat disebut Trump dalam stockpile juga terungkit, Solana (+9%) dan XRP (+8%).
Saksikan video Bloomberg Technoz Podcast - TechnoZone yang bertajuk “Timothy Ronald & Oscar Darmawan: AS Serok Bitcoin, RI Kebingungan” di Bloombergtechnoz.com bersama Host Pandu Sastrowardoyo, Co-Host Whery Enggo Prayogi dan Narasumber Timothy Ronald, Crypto Key Opinion Leader, serta Oscar Darmawan, Chief Executive Officer Indodax.
(wep)