Pertumbuhan ekonomi yang diharapkan pada periode berikutnya juga tampak pesimistis, dengan sebagian besar responsen, yakni 23 dari 42 ahli ekonomi, memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan lebih rendah dari angka terkini, meskipun tidak ada peserta yang menganggap kontraksi akan jauh lebih kuat.
Sementara itu, lebih dari seperempat sampel memperkirakan perubahan yang tidak signifikan, minoritas yang terdiri dari 6 ahli memperkirakan pertumbuhan pada periode berikutnya.
"Secara keseluruhan, para ahli memperkirakan kontraksi terbukti dengan respons rata-rata -0,36 dengan keyakinan wajar 7,36," demikian bunyi laporan tersebut.
Sebagai informasi, survei ini secara khusus menangkap persepsi para ahli tentang kondisi ekonomi dan sosial, serta perkembangan kebijakan, dengan membandingkannya dengan periode sebelumnya dan menilai ekspektasi masa depan. Survei ini dilakukan mulai 14 - 24 Februari 2025 melalui platform survei daring.
Sampel terdiri dari 42 orang pakar ekonomi dari berbagai latar belakang, seperti akademisi, lembaga penelitian, lembaga think tank, sektor swasta, dan organisasi/lembaga multinasional.
Responden berasal dari berbagai daerah di Indonesia, termasuk Jawa Barat, Jakarta, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Timur, Jawa Timur, Yogyakarta, dan Jawa Tengah, serta Australia, Inggris, dan Amerika Serikat, yang mewakili perspektif domestik dan internasional.
Survei independen oleh LPEM FEB UI ini bertujuan untuk memperoleh wawasan para ahli tentang lanskap ekonomi Indonesia, memperkuat dedikasinya terhadap diskusi kebijakan yang terinformasi dan pembangunan negara di masa mendatang.
(lav)

































