Di pasar offshore, rupiah forward memang dibuka melemah tipis pagi ini di Rp16.360/US$. Setelahnya, rupiah NDF bergerak di Rp16.358/US$, level yang tidak terlalu jauh dengan posisi penutupan rupiah spot pekan lalu di Rp16.350/US$.
Hal itu mengisyaratkan, pergerakan rupiah mungkin akan terbatas dengan peluang penguatan yang masih terbuka.
Penghalang penguatan rupiah mungkin akan datang ketika arus jual modal asing di pasar saham dan surat utang masih akan berlanjut.
Pada pekan lalu, berdasarkan laporan Bank Indonesia memakai data transaksi 10-13 Maret 2025, investor nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp10,15 triliun dari pasar keuangan RI.
Angka net sell itu terdiri atas jual neto Rp1,92 triliun di pasar saham, Rp5,25 triliun di pasar SBN, dan Rp2,97 triliun di SRBI.
Arus jual asing di pasar saham pada pekan lalu, misalnya, telah merontokkan nilai kapitalisasi pasar atau market cap bursa saham menjadi Rp11.235 triliun dibanding Rp11.450 triliun pada sepekan sebelumnya. Dengan kata lain, market cap IHSG senilai Rp215 triliun menguap hanya dalam sepekan perdagangan saja.

Secara teknikal, rupiah memiliki level support terdekat di Rp16.380/US$, yang bisa tertembus apabila tekanan pelemahan menguat. Level support kedua ada di Rp16.400/US$.
Apabila kembali break kedua support tersebut dalam sepekan perdagangan ke depan, rupiah berpotensi melemah lebih lanjut menuju level Rp16.450/US$ dan Rp16.500/US$ sebagai support terkuat dalam time frame daily.
Jika nilai rupiah terjadi penguatan hari ini, resistance menarik dicermati ada di kisaran Rp16.300/US$ dan selanjutnya Rp16.240/US$ hingga Rp16.200/US$.
Pekan bunga acuan
Pada pekan ini, kalender ekonomi akan padat oleh pertemuan bank sentral di banyak negara. Bank Indonesia akan menggelar pertemuan mulai Selasa esok dan mengumumkan kebijakan bunga acuan pada Rabu.
Rapat Dewan Gubernur BI berlangsung bersamaan dengan pertemuan komite Federal Reserve (FOMC), bank sentral Amerika. Keputusan bunga acuan dua bank sentral juga akan berselang hanya beberapa jam saja.
Hasil konsensus 25 analis yang disurvei oleh Bloomberg sampai Senin pagi ini menghasilkan median 5,75% untuk BI rate, mengindikasikan pasar berekspektasi Perry Warjiyo dan kolega akan kembali menahan bunga acuan pekan ini.
Menahan BI rate akan membantu daya tarik investasi RI akan tetap menarik di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi.
Sementara itu, The Fed juga diprediksi akan menahan bunga acuan di level saat ini. The Fed diperkirakan baru akan memangkas bunga acuan lagi pada pertemuan Juni nanti.
(rui)