Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Bank Indonesia (BI) merilis perkembangan indikator nilai rupiah periode 10-14 Maret 2025. Data tersebut berdasarkan kondisi perekonomian global dan domestik saat ini.

Direktur Eksekutif Bank Indonesia Ramdan Denny Prakoso mengatakan, nilai tukar rupiah pada akhir tanggal 13 Maret 2025 ditutup pada level (bid) Rp16.420 per dolar AS.

Kemudian, yield Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun, naik ke angka 6,93%. Sementara indeks dolar AS (DXY) melemah ke level 103,83. "Yield UST (US Treasury) Note 10 tahun turun ke 4,268%," kata Ramdan dalam keterangannya, dikutip Sabtu (15/3/2025).

Pada Jumat, 14 Maret 2025, rupiah dibuka pada level (bid) Rp16.350 per dolar AS dengan yield SBN 10 tahun turun ke 6,87%.

Risiko berinvestasi di Indonesia meningkat ditandai dengan kenaikan premi Credit Default Swap (CDS) Indonesia tenor 5 tahun per 13 Maret 2025 menjadi 80,07, dibanding dengan 7 Maret 2025 sebesar 76,11.

Kenaikan risiko investasi berlangsung dengan arus keluar modal asing yang membesar pada pekan kedua Maret. BI menjelaskan, berdasarkan data transaksi 10-13 Maret 2025, nonresiden mencatat nilai jual neto sebesar Rp10,15 triliun.

"Terdiri dari jual neto Rp1,92 triliun di pasar saham, Rp5,25 triliun di pasar SBN, dan Rp2,97 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI)," tambah Ramdan.

Adapun bila menghitung selama tahun 2025 berdasarkan data setelmen sampai dengan 13 Maret 2025, investor asing di Indonesia tercatat jual neto sebesar Rp22,21 triliun di pasar saham, beli neto Rp18,35 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp6,55 triliun di SRBI.

"Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia," tutupnya.

-- update pada judul dan penjelasan tentang premi CDS.

(mef/del)

No more pages