Langkah tersebut mengikuti rekor kerugian kuartal pertama yang dilaporkan Wijaya Karya awal bulan ini.
Perusahaan yang berbasis di Jakarta itu menjadi perusahaan konstruksi milik negara kedua yang mengejar restrukturisasi utang tahun ini. PT Waskita Karya, perusahaan konstruksi terbesar di Indonesia, memperoleh persetujuan pada Februari dari investor untuk menunda pembayaran tiga obligasi berdenominasi rupiah.
"Kami sedang mencari penghentian pembayaran pokok dan bunga kepada bank kami. Penghentian itu adalah bagian dari rencana kami untuk meningkatkan dan merestrukturisasi posisi keuangan kami," kata Mahendra, Selasa.
Pinjaman oleh bank dan perusahaan pembiayaan milik negara kepada Wijaya Karya mencapai Rp12,6 triliun (US$850 juta) per Maret, menurut laporan triwulanannya. PT Bank Mandiri adalah pemberi pinjaman terbesar, dengan nominal mencapai Rp3,9 triliun.
Total utang empat perusahaan konstruksi terbesar di Indonesia—termasuk Waskita Karya dan Wijaya Karya—melonjak lebih dari 12 kali lipat menjadi sekitar Rp130 triliun sejak Presiden Joko Widodo menjabat pada Oktober 2014.
Wijaya Karya melaporkan rugi bersih Rp521 miliar untuk tiga bulan pertama tahun ini, menurut laporan keuangan yang diterbitkan 8 Mei. Angka tersebut merupakan kerugian bersih triwulanan terbesar yang pernah ada. Kepemilikan kas dan setara mencapai Rp2,2 triliun, turun 61% dari akhir 2022.
(dba)